Pemain Portugal-Venezuela berusia 30 tahun Goncalo Oliveira diskors selama empat tahun karena tes doping positif. Setelah sebelumnya ia diskors sementara pada bulan Januari tahun ini, beberapa bulan kemudian hukumannya dikukuhkan, karena ditetapkan bahwa ia memang positif menggunakan zat terlarang – sabu.
Kedua sampel menunjukkan adanya zat tersebut.
Meski begitu, petenis berusia 30 tahun itu berusaha membenarkan hasil tes positif tersebut dengan mengklaim bahwa terjadi kontaminasi "melalui ciuman" atau "pengaruh lingkungan"Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA) tidak mempercayai cerita seperti itu.
Oliveira diuji pada Manzanillo Open di Meksiko November lalu. Berdasarkan keputusan ITIA, dia tidak akan bisa bermain, berlatih, atau menghadiri acara apa pun di bawah pengawasan mereka hingga 16 Januari 2029.
Reaksi masyarakat: Benarkah ada standar ganda dalam dunia tenis?
Kasus seperti ini semakin sering terjadi, tidak hanya di dunia tenis, namun di dunia olahraga pada umumnya. Mungkin contoh yang paling terkenal adalah Jannik Sinner, yang dinyatakan positif clostebol, namun tidak menerima hukuman serius. Hal serupa terjadi pada Iga Świątek, yang dinyatakan positif menggunakan trimetazidine, namun hanya diskors selama satu bulan.
Banyak yang marah dengan hal ini dan percaya bahwa memang ada "standar ganda" dalam tenis, sementara badan pengatur tenis mengklaim bahwa mereka memperlakukan semua orang secara setara dan ingin memastikan landasan yang sama bagi setiap pemain.
Badan pengelola tenis siap melakukan hal yang sama di masa depan, dan tampaknya pengujian akan semakin sering dilakukan di dunia tenis. Tujuannya adalah untuk memberantas fenomena tersebut sepenuhnya, mengingat jumlah kasus serupa di olahraga ini terus meningkat dari tahun ke tahun.
Apakah akan ada perubahan signifikan, sulit untuk memberikan jawaban pasti, namun satu hal yang pasti; kasus seperti itu dapat membuat beberapa pemain berpikir matang sebelum memutuskan tindakan serupa.