Program Kementerian Pendidikan Indonesia untuk Meluncurkan Program di Lebih dari Satu Sekolah

TEMPO.COJakarta – Abdul Mu’ti, Direktur Pendidikan Dasar dan Menengah, mengungkapkan bahwa pemerintah mengeluarkan sebuah upaya baru untuk menyediakan sistem pakar dan coding sebagai mata pelajaran pilihan bagi murid-murid mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Menurut 50.000 sekolah di seluruh negeri bersiap untuk menerapkan topik-topik inovatif ini.

“Meskipun melihat ke tempat kerja Pace di Palmerah, Jakarta Barat, pada hari Kamis, 5 Juni 2025. “Program ini disajikan di kelas 5 sekolah dasar dan di kelas satu sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.”

Mu’ti mencatat bahwa kampanye ini didasarkan pada struktur akademis yang terkenal dan tujuan pemahaman yang terukur, yang secara jujur ditawarkan kepada publik. Selain itu, para guru dari latar belakang TIK dan non-TIK sebenarnya telah mendapatkan pelatihan khusus untuk mendidik mata pelajaran ini secara efektif.

“Sejumlah putaran pelatihan telah dilakukan, dan program ini telah memasuki tahun kesembilan. Akibatnya, para pendidik yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman dalam melatih AI atau coding sekarang mendapatkan panduan, yang sebelumnya mendidik inovasi informasi dan komunikasi menemukan bahwa perubahannya cukup lancar,” jelasnya.

Mu’ti merekomendasikan bahwa meskipun mata pelajaran ini masih baru, mereka mungkin akan mendapatkan persetujuan yang lebih luas di tahun-tahun mendatang. Dia menunjukkan bahwa berbagai perguruan tinggi, terutama yang berkualitas sekolah dasar, yang sudah memiliki pendirian sudah mulai menerima.

“Di Jakarta, banyak yang sudah memulai dari kualitas dasar,” katanya.

Terlepas dari strategi pertumbuhan tersebut, Mu’ti tidak memberikan informasi spesifik mengenai kesiapan perguruan tinggi negeri di berbagai daerah, terutama dalam hal jadwal pengajar dan akses ke perangkat pembelajaran.

Ia hanya memberikan perkiraan jumlah pengajar yang mengindikasikan bahwa jumlah pengajar akan menyelaraskan jumlah institusi yang siap melaksanakan program tersebut.

“50.000 perguruan tinggi, jadi variasi instruktur yang disiapkan hampir sama persis,” katanya.