Perekonomian Pakistan yang sudah terpecah mendapat pukulan lain ketika misi Dana Moneter Internasional (IMF) meninggalkan negara itu tanpa menandatangani Perjanjian Tingkat Staf (SLA) yang sangat ditunggu-tunggu dengan Islamabad karena kekhawatiran atas kesalahan pengelolaan anggaran, belanja yang tidak jelas, dan meningkatnya belanja pertahanan di tengah janji yang tidak terpenuhi.

Menurut CNN-Berita 18 Menurut laporan, kembalinya IMF ke Washington tanpa menandatangani SLA berarti tahap pinjaman berikutnya bagi negara tersebut, senilai sekitar $1 miliar, telah ditunda. Lebih jauh lagi, permohonan Pakistan untuk diberikan “waktu tenggang” untuk memenuhi janji mereka yang tertunda juga ditolak oleh IMF.

Badan internasional tersebut menyoroti kegagalan Islamabad dalam memenuhi tolok ukur reformasi penting seperti pengumpulan pendapatan dan rasionalisasi anggaran, bahkan ketika Pakistan mencoba membenarkan target yang tidak terpenuhi tersebut kepada IMF dengan menggarisbawahi banjir baru-baru ini dan konflik pada Mei 2025 dengan India.

Kekhawatiran dan ketidakpercayaan IMF semakin besar setelah melihat tambahan belanja pertahanan negara tersebut sebesar hampir $2–2,5 miliar selama enam bulan terakhir. Laporan ini juga meneliti disiplin fiskal negara dan mekanisme pengeluaran yang tidak jelas seperti pembentukan dana khusus untuk operasi keamanan.

Terkait pengumpulan pajak, Menteri Negara Keuangan Bilal Kayani mengakui bahwa Dewan Pendapatan Federal hanya mampu mengumpulkan PKR 11,74 triliun pada tahun fiskal 2025 dibandingkan target tahunan sebesar PKR 12,9 triliun, meleset dari target pendapatan dan rasio pajak terhadap PDB yang disepakati sebesar 10,5%. Meskipun rasio tersebut menunjukkan sedikit peningkatan dan naik 1,4% dibandingkan tahun lalu, namun angka tersebut meleset dari ekspektasi IMF Tribun Ekspres laporan.

Oleh karena itu, lembaga keuangan internasional memandang kemajuan yang dicapai Pakistan tidak cukup untuk memenuhi tolok ukur reformasi penting yang disebutkan sebelumnya.

Meskipun diskusi diperkirakan akan terus berlanjut, keluarnya IMF tanpa menandatangani perjanjian dengan Pakistan telah menempatkan perekonomian negara tersebut pada posisi yang agak sulit, karena negara tersebut melarang akses terhadap dana IMF atau sumber pendanaan alternatif dari lembaga-lembaga global lainnya.

Tautan Sumber