Rabu, 22 Oktober 2025 – 16:54 WIB
VIVA – Viral di media sosial, aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok santri yang memicu perdebatan sengit di kalangan warganet. Aksi tersebut diketahui merupakan bentuk protes terhadap dugaan penghinaan terhadap institusi pesantren oleh salah satu program televisi swasta, Trans7.
Baca Juga:
Berapa Biaya Masuk Pondok Pesantren?
Dalam video yang diunggah di berbagai platform media sosial, tampak para santri berunjuk rasa di jalanan dengan penuh semangat menyuarakan aspirasi mereka melalui lantunan yel-yel, diduga lokasi itu di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Salah satu bagian dari yel-yel tersebut kemudian memicu pro dan kontra di kalangan publik. Aksi para santri itu diwarnai dengan seruan yang menuntut pemboikotan terhadap Trans7.
Baca Juga:
Said PDIP: Pesantren Sudah Bertransformasi, Dibekali Keterampilan Wirausaha
Di antara seruan tersebut, bagian yang paling menjadi sorotan adalah lirik yang mempertanyakan masa depan bangsa tanpa peran ulama, pesantren, dan santri.
“Mau jadi apa, Indonesia tanpa ulama?”
“Mau jadi apa, Indonesia tanpa pesantren?”
“Mau jadi apa, Indonesia tanpa santri?”
“Apa kata dunia? Trans7 boikot saja!”
Baca Juga:
Tretan Muslim Tanya ke Ustaz, Gimana Hukumnya Pendakwah Jual Air Doa ke Jamaah?
Potongan yel-yel tersebut kemudian ramai beredar di media sosial dan menimbulkan perdebatan panjang mengenai posisi dan kontribusi santri dalam pembangunan bangsa.
Respons Netizen: Dukungan dan Pembelaan
Banyak netizen menyatakan dukungan atas aksi para santri tersebut, menganggap bahwa yel-yel itu merupakan bentuk pembelaan diri terhadap institusi pesantren yang merasa dilecehkan.
“Wajar mereka marah. Pesantren itu bukan hanya tempat belajar agama, tapi benteng moral bangsa. Santri dan ulama adalah tiang negara,” tulis seorang netizen.
Sebagian warganet juga mengingatkan peran historis santri dan ulama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
“Sejarah mencatat, kemerdekaan ini juga berkat resolusi jihad para ulama. Jadi jangan pernah remehkan peran santri,” komentar lainnya.
Namun, tidak sedikit pula yang mengkritik yel-yel tersebut karena dinilai terlalu eksklusif dan menyingkirkan peran elemen bangsa lainnya. Kritik paling banyak datang dari warganet yang menilai klaim “Indonesia tidak akan maju tanpa santri” sebagai pernyataan yang tidak proporsional.
“Singapore, Rusia, china, jepang, dan negara maju lainnya tidak ada ulama dan tanpa pesantren,” tulis komentar netizen lainnya.
Halaman Selanjutnya
“Trans7 uda minta maaf, uda memutus hub kerja sama pihak yg bikin acara jg tp knp msh demo terus. Kalian ini cari apa sebenernya, nabi Muhammad aja mengajarkan untuk memaafkan, jd kalian ikut ajaran siapa?,” kontra netizen lainnya,.