Senin, 29 Desember 2025 – 16:50 WIB

VIVA – Menjelang pergantian tahun, pertanyaan soal hukum merayakan Tahun Baru Masehi dalam pandangan Islam kembali mencuat. Ustaz Abdul Somad (UAS) memberikan penjelasan panjang dan mendalam mengenai hal ini, mulai dari sejarah kalender Masehi hingga batasan yang perlu diperhatikan umat Muslim agar tidak terjerumus pada hal yang bertentangan dengan akidah.

Baca Juga:

Pesan WhatsApp Meledak di Tahun Baru 2026

Dalam ceramahnya, Ustaz Abdul Somad mengawali penjelasan dengan mengulas asal-usul kalender Masehi yang digunakan secara global saat ini. Ia menuturkan bahwa kalender tersebut memiliki sejarah panjang yang tidak berasal dari tradisi Islam.

Khatib, Pembicara, Ulama Ustaz Abdul Somad

Baca Juga:

Rayakan Tahun Baru Tanpa Kembang Api, Istana: Tunjukkan Empati dan Solidaritas

“Bagaimana hukum merayakan tahun baru masehi menurut pandangan Islam memakai kalender Masehi? Oh ini panjang ceritanya siap mendengar ceritanya ada seorang Kaisar dari negeri Romawi Romawi Eropa Kaisar ini namanya Kaisar Julian siapa namanya membuat kalender itulah dia kalender Januari Februari Maret April,” jelas UAS yang dikutip dari YouTube Tsaqofah TV pada Senin, 29 Desember 2025.

Ustaz Abdul Somad juga memaparkan bahwa kalender tersebut kemudian dimodifikasi dan diadopsi oleh gereja hingga digunakan secara internasional. Ia menyebut peran Paus Gregorius yang kemudian membuat kalender tersebut dikenal sebagai kalender Gregorian.

Baca Juga:

MRT Jakarta dan LRT Jabodebek Bakal Perpanjang Operasional hingga Dini Hari di Malam Tahun Baru

“Lalu kemudian Kaisar Julian meninggal kalender ini diambil oleh Paus di Vatikan namanya Paus Gregorius siapa namanya Gregorius dirubah nama kalender ini bernama Gregorian kalender,” lanjutnya.

Meski demikian, UAS menegaskan bahwa menggunakan kalender Masehi dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya diperbolehkan. Ia mencontohkan bahwa banyak alat yang digunakan umat Islam saat ini juga bukan berasal dari Muslim.

Namun, persoalan menjadi berbeda ketika perayaan Tahun Baru Masehi sudah masuk ke dalam ritual tertentu. Menurut Ustaz Abdul Somad, aktivitas seperti meniup terompet, menyalakan lilin, atau ritual khusus lainnya dapat masuk ke wilayah yang tidak dianjurkan dalam Islam.

“Tapi ketika sudah masuk dalam ritual ibadah meniup terompet tiupkanlah terompet ah itu sudah masuk dalam ritual lalu kemudian menyala-nyalakan lilin sudah ritual,” ujarnya.

UAS juga menyoroti dampak negatif yang kerap terjadi pada malam pergantian tahun, seperti pergaulan bebas, narkoba, hingga perbuatan maksiat lainnya. Ia mengingatkan para orang tua dan pemimpin daerah agar menjaga generasi muda dari hal-hal tersebut.

Halaman Selanjutnya

“Yang paling banyak laku malam tahun baru yang paling banyak laku Boleh saya ceritakan sabu-sabu yang kedua kondom,” ungkapnya dengan nada prihatin.

Halaman Selanjutnya

Tautan Sumber