Kamis, 11 September 2025 – 12:01 WIB

Jakarta, Viva – Sebanyak 64 juta lebih pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi kekuatan penggerak digitalisasi nasional.

Baca juga:

Akselerasi Bisnis UMKM, Livin’ Merchant Milik Bank Mandiri Menangkan AIBP Enterprise Innovation Awards 2025

Sektor ini terbukti sangat tangguh dan berperan vital dengan kontribusi di atas 60 persen terhadap ekonomi nasional, dan dengan cepat mengadopsi teknologi digital.

Riset Cybersecurity Resilience in Mid-Market Organisations 2025 dari Palo Alto Networks menunjukkan Indonesia berada di posisi teratas untuk kawasan Asia Tenggara dengan nilai 20,65 dari 25, di mana para pelaku UMKM mengalokasikan 14,4 persen dari omzet mereka untuk investasi keamanan siber.

Baca juga:

UMKM Furnitur Asal Klaten Tembus Ekspor Berkat BNI Xpora

Hal itu menandakan adanya kesadaran dari berbagai ancaman digital. Namun, realitanya, serangan siber kini makin canggih dengan memanfaatkan AI dan AI generatif untuk menjebak, melakukan peniruan suara, hingga pemalsuan identitas, sementara mayoritas UMKM masih belum siap menghadapi risiko ini.

Data ini didukung oleh Laporan Global Incident Response Unit 42 2025 Palo Alto Networks: Social Engineering Edition yang mengungkap social engineering sebagai cara paling efektif, mencakup 36 persen dari keseluruhan kasus kejahatan siber.

Baca juga:

Menteri Ara Pede KUR Perumahan Bakal Dongkrak UMKM Naik Kelas

Para hacker atau peretas kini memanfaatkan AI dan AI generatif untuk mengeksploitasi sisi emosional manusia lewat cara-cara yang semakin canggih, mulai dari memanipulasi hasil pencarian Google, membuat perintah (prompt) palsu, menyusup ke layanan customer service, sampai dengan melakukan penipuan menggunakan suara yang telah diimitasi oleh AI.

Teknik-teknik ini memungkinkan peretas mengambil alih sistem dengan cepat, dan lebih dari setengah serangan yang terjadi terbukti mengakibatkan kebocoran data atau melumpuhkan operasional hingga mengakibatkan kebangkrutan usaha.

Situasi ini menegaskan betapa krusialnya perlindungan yang solid bagi UMKM dengan sumber daya yang terbatas. Beberapa strategi berbasis AI yang digunakan para hacker atau peretas antara lain:

Pengimitasian dan Kloning Suara

Sebanyak 45 persen penjahat siber melakukan penyamaran sebagai pegawai perusahaan untuk mendapatkan trust, sedangkan 23 persen memanfaatkan teknologi duplikasi suara dan metode callback untuk menjebak korbannya.

Aplikasi-aplikasi ini mempercepat proses serangan siber pada umumnya seperti menyebarkan email phishing, mengirim SMS palsu, dan mencoba-coba kata kunci yang lemah.

Fitur seperti ini memang bukan barang baru, tetapi sekarang sudah semakin canggih untuk meniru kebiasaan kerja perusahaan dan mengakali sistem keamanan standar.

Sistem ini dapat otomatis menjalankan tugas-tugas rumit dengan sedikit campur tangan manusia dan secara adaptif dalam melakukan serangan. Ahli mengaitkannya dengan tindakan kejahatan berbasis informasi palsu.

Dalam satu kasus, penyerang membuat identitas palsu lengkap dengan CV dan profil media sosial untuk mendukung lamaran kerja bodong yang menargetkan perusahaan tertentu.

Meskipun serangan AI semakin canggih, kelemahan terbesar tetap berasal dari sisi manusia. Terbukti, 13 persen serangan social engineering berhasil karena karyawan mengabaikan peringatan keamanan yang muncul.

Di samping itu, kurangnya otentikasi berlapis dan pemberian hak akses yang terlalu luas kepada pengguna turut menyebabkan 10 persen kasus kebocoran data. Ini bukan soal satu solusi saja, tapi tentang membangun budaya keamanan yang berakar pada prinsip zero trust di mana setiap akses, aktivitas, dan seluruh komunikasi harus secara berkala diverifikasi.

“Kunci utamanya dengan menguasai teknologi terlebih dahulu, sehingga dapat efektif diimplementasi pada operasional bisnis. Sebab, teknologi AI kini mengubah keamanan siber dari sistem terpisah menjadi platform terpadu yang memberikan visibilitas menyeluruh dan perlindungan komprehensif untuk memperkuat kredibilitas bisnis,” ungkap Adi Rusli, Manajer negara Indonesia, Palo Alto Networks, Kamis, 11 September 2025.

Halaman Selanjutnya

Situasi ini menegaskan betapa krusialnya perlindungan yang solid bagi UMKM dengan sumber daya yang terbatas. Beberapa strategi berbasis AI yang digunakan para hacker atau peretas antara lain:

Tautan Sumber