Selasa, 24 Juni 2025 – 19:00 WIB
Jakarta, Viva – Kementerian Keuangan Indonesia telah meyakinkan publik bahwa pasar keuangan negara itu belum menunjukkan tanda -tanda kesusahan setelah pemogokan militer AS baru -baru ini di Iran.
Baca juga:
Kevin Diks Terjebak 7 Jam di Qatar, Sempat Dengar Ledakan saat Konflik Iran-Israel Memanas
Menurut penilaian kementerian, dampak pada pasar keuangan Indonesia tetap dalam kisaran yang dapat dikelola dan tidak menunjukkan situasi tingkat krisis.
“Tingkat tekanan di pasar keuangan Indonesia, berdasarkan penilaian kami saat ini, belum mencapai tahap kritis. Pelunakan baru -baru ini dalam selera risiko masih selaras dengan mekanisme pasar yang normal,” kata Deni Surjantoro, kepala Biro Layanan Komunikasi dan Informasi Kementerian pada hari Senin (23 Juni).
Baca juga:
Rudal Iran Hantam Israel Jelang Pengumuman Gencatan Senjata, 4 Tewas 22 Luka-luka
Dia menambahkan bahwa pemerintah, dalam koordinasi dengan lembaga -lembaga lain seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terus memantau perkembangan global yang dapat menimbulkan risiko bagi sektor ekonomi dan keuangan.
Surjantoro menekankan bahwa dampak apa pun diharapkan bersifat sementara, karena pasar terus mengamati situasi geopolitik yang berkembang.
Baca juga:
Netanyahu Setuju Gencatan Senjata dengan Iran: Tujuan Perang Israel Sudah Tercapai!
Gedung Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Untuk saat ini, tekanan keuangan tetap berada dalam ambang batas yang aman.
“Dalam seminggu terakhir, tekanan pasar tetap berada dalam kisaran yang aman dan belum menyebabkan dampak signifikan pada ekonomi atau kinerja industri jasa keuangan domestik – termasuk indikator fiskal,” jelasnya.
Sementara harga minyak global telah melonjak dalam menanggapi konflik, kementerian percaya Indonesia dapat menyerap dampak inflasi, terutama pada harga bahan bakar, melalui subsidi dan program kompensasi yang ada.
“Tekanan inflasi dari kenaikan harga minyak masih dikelola melalui subsidi pemerintah dan kompensasi. Masih ada ruang fiskal yang tersedia untuk mengurangi risiko inflasi domestik,” kata Surjantoro.
Dia menunjukkan bahwa tingkat harga minyak saat ini tetap di bawah 2025 anggaran negara bagian Indonesia dari US $ 82 per barel.
“Pada akhir pekan lalu, Brent Raham dihargai US $ 77,27 per barel, dengan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) rata-rata di bawah US $ 73. Ini memberi kami ruang untuk mengurangi potensi limpahan inflasi,” tambahnya.
Terlepas dari stabilitas saat ini, Surjantoro kemudian menekankan bahwa pemerintah tetap waspada terhadap risiko global yang sedang berlangsung dan transmisi potensial mereka ke ekonomi domestik.
Kementerian Keuangan sedang mempersiapkan langkah -langkah mitigasi awal dan mengoptimalkan peran anggaran negara (APBN) sebagai penyerap kejut untuk menjaga stabilitas ekonomi makro.
“Sinergi kebijakan yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah sangat penting dalam mengantisipasi risiko inflasi. Kami juga berkoordinasi dengan otoritas fiskal, moneter, dan keuangan. Upaya transformasi struktural, seperti deregulasi untuk memastikan pasokan pupuk, akan berlanjut di berbagai komoditas,” pungkasnya.
Halaman Selanjutnya
Sementara harga minyak global telah melonjak dalam menanggapi konflik, kementerian percaya Indonesia dapat menyerap dampak inflasi, terutama pada harga bahan bakar, melalui subsidi dan program kompensasi yang ada.