Empat pramugari di pesawat Alaska Airlines 737 Max 9 yang dilanda ledakan panel kabin udara pada Januari tahun lalu menggugat Boeing karena cedera fisik dan psikologis, kata Seattle Times, Kamis.
Dalam tuntutan hukum terpisah yang mencari kompensasi untuk kerusakan ekonomi masa lalu dan masa depan, mereka mengutip cedera fisik dan psychological, tekanan emosional dan biaya keuangan lainnya yang terkait dengan insiden tersebut, tambah surat kabar itu.
“Masing -masing dari empat pramugari bertindak dengan berani, mengikuti pelatihan mereka dan mengutamakan keselamatan penumpang mereka sambil takut akan kehidupan mereka,” demikian dikutip pengacara Tracy Brammeier, yang mewakili mereka, seperti mengatakan.
“Mereka layak untuk sepenuhnya dikompensasi atas pengalaman traumatis yang mengubah hidup ini.”
Tuntutan hukum, diajukan pada hari Selasa di Pengadilan Tinggi King Region Seattle, menuduh Boeing atas pertanggungjawaban produk karena mengirimkan pesawat yang tidak aman untuk beroperasi dan untuk kelalaian dalam praktik manufaktur, kata surat kabar itu.
Boeing menolak berkomentar, sementara Alaska Airlines dan Brammeier tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.
Bulan lalu, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) mengatakan Boeing gagal memberikan pelatihan, bimbingan, dan pengawasan yang memadai untuk mencegah insiden tersebut.
Dewan mengkritik budaya keselamatan Boeing dan kegagalannya untuk memasang empat baut utama dalam Alaska Airlines Max 9 yang baru selama produksi, serta pengawasan yang tidak efektif oleh Administrasi Penerbangan Federal.