Jumat, 11 Juli 2025 – 00: 02 WIB
Jakarta, Viva — Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Johanis Tanak mengaku sempat merasa bosan dalam menangani kasus korupsi di Indonesia. Ia mengatakan berbagai perkara korupsi sudah sering ia tangani, mulai dari pejabat negara hingga pegawai biasa.
Baca juga:
Jadi Tersangka Korupsi Pertamina, Riza Chalid Belum Ditahan! Kejagung Ungkap Alasannya
Namun, Tanak tetap menjalani tugasnya untuk memberantas korupsi demi bangsa dan negara.
Hal tersebut disampaikan Johanis Tanak dalam acara Rapat Koordinasi Pencegahan Korupsi di Ancol, Jakarta Utara pada Kamis, 10 Juli 2025
Baca juga:
Kejagung Ungkap Jurus Licik Riza Chalid di Skandal Minyak Pertamina
“Rasanya bosan menangani perkara korupsi, tetapi demi bangsa dan negara saya tetap berupaya untuk mencoba membagikan apa yang saya miliki, apa yang saya ketahui, supaya negara ini bisa dibangun sesuai dengan tujuan negara untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur,” ucap Tanak.
Baca juga:
Riza Chalid jadi Tersangka Baru Korupsi Minyak Pertamina!
Di sisi existed, Tanak mengaku prihatin karena tingginya tingkat korupsi di Indonesia meskipun penegakkan hukum sudah dilakukan. Ia menyoroti Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia yang masih rendah pada 2022/ 2023, yakni hanya mencapai 34 persen dan 2024 hanya 37 persen.
“Tetapi sayang masih terlalu banyak yang kurang menyadari tentang hal ini, sehingga masih banyak yang melakukan korupsi dalam menjalankan tugasnya. Ini memberikan gambaran bahwa korupsi di Republik Indonesia ini sangat tinggi,” kata dia.
Ia juga membandingkan tingkat korupsi Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
“Kita melihat negara tetangga kita, Malaysia, yang tidak ada apa-apanya. Apalagi Singapura yang cuma wilayahnya kecil, tetapi kenapa indeks persepsi korupsi di mereka itu sangat rendah (lebih baik)?” katanya.
Oleh karena itu, Tanak berharap, ke seluruh masyarakat, dari Kantor Nasional hingga petugas biasa untuk menghentikan tindakan liciknya dan puas.
“Kami dari KPK berharap korupsi itu menjadi no corruption, tidak ada lagi korupsi,” pungkasnya.
Halaman Selanjutnya
Ia juga membandingkan tingkat korupsi Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.