Para arkeolog telah menemukan harta karun berupa roti berusia 1.300 tahun yang menghidupkan salah satu ayat Alkitab paling terkenal.
Di Topraktepe, situs Eirenopolis kuno di Turki, para peneliti menemukan lima roti berkarbonisasi, salah satunya bergambar Yesus dan sebuah prasasti Yunani kuno bertuliskan, ‘Dengan rasa terima kasih kami kepada Yesus yang Terberkati.’
Pekerjaan yang dilakukan di bawah arahan Direktorat Museum Karaman ini memungkinkan pemulihan sisa-sisa organik yang rapuh ini berkat proses karbonisasi alami.
Paparan api pada kondisi suhu tertentu dan kekurangan oksigen mengawetkan roti dengan detail yang luar biasa, yang digambarkan oleh para ahli sebagai contoh terbaik yang terdokumentasi dari jenisnya di seluruh Anatolia.
Penemuan ini dengan jelas menghidupkan Yohanes 6:35, ayat dimana Yesus menyatakan, ‘Akulah roti hidup.’
Bagi masyarakat Eirenopolis, roti-roti ini bukan sekadar makanan, namun merupakan benda suci, yang secara ritual diperlakukan sebagai representasi Kristus sendiri.
Berbeda dengan gambar Pantocrator tradisional, roti Topraktepe menunjukkan Yesus sebagai seorang penabur, menghubungkan iman dengan pekerjaan sehari-hari dan harapan akan panen yang melimpah.
Empat roti lainnya memiliki cetakan berbentuk salib, yang lebih lanjut menunjukkan bahwa roti tersebut digunakan dalam ritual Kristen awal sebagai roti Ekaristi atau roti komuni.
Sepotong roti kuno menggambarkan Yesus sebagai seorang petani. Para arkeolog mengatakan itu digunakan dalam persekutuan

Temuan ini dengan jelas menggemakan Yohanes 6:35, di mana Yesus menyatakan, ‘Akulah roti hidup.’ Bagi masyarakat Eirenopolis, roti ini bukan sekadar makanan melainkan benda suci, yang secara harfiah dan ritual diperlakukan sebagai representasi Kristus.
Komuni, juga dikenal sebagai Perjamuan Tuhan atau Ekaristi, adalah sakramen Kristen yang melibatkan makan roti dan minum anggur atau jus untuk memperingati pengorbanan Yesus.
Hal ini dilembagakan oleh Yesus pada Perjamuan Terakhir, perjamuan terakhir yang Yesus Kristus bagikan dengan kedua belas rasulnya di Yerusalem sebelum penyalibannya.
Analisis awal menunjukkan bahwa gambar ‘Penabur Yesus’ lebih dari sekadar hiasan.
Para arkeolog berpendapat bahwa hal itu menyampaikan makna simbolis yang mendalam, menyoroti berkah ilahi atas pekerjaan pertanian, menggunakan harapan akan panen yang melimpah sebagai metafora untuk penebusan spiritual dan merayakan kesucian pekerjaan dan rezeki sehari-hari.
Intinya, penggambaran tersebut mencerminkan suatu bentuk kesalehan populer di mana Kristus mewujudkan ritme dan kerja keras dalam kehidupan sehari-hari.
Kombinasi prasasti Yunani yang mengungkapkan rasa syukur, ikonografi khas ‘Pertanian Yesus’, dan motif Salib Malta pada roti telah membawa para peneliti pada hipotesis kerja yang kuat: kemungkinan besar ini adalah roti komuni yang digunakan dalam ritual utama Ekaristi Kristen.
Dalam praktik Kristen Bizantium, roti yang digunakan dalam Ekaristi melambangkan tubuh Kristus, sedangkan roti beragi di Timur melambangkan kehidupan dan kebangkitan.

Sebanyak lima roti ditemukan, banyak di antaranya menampilkan pola berbentuk salib

Roti kuno tersebut ditemukan di Topraktepe, situs Eirenopolis kuno di Turki
Meskipun teks dan ikon menggambarkan ritual ini, hanya sedikit spesimen fisik yang bertahan.
Roti Topraktepe, yang diawetkan dengan sangat jelas, memberikan bukti nyata tentang bagaimana umat Kristen mula-mula menerapkan pengabdian mereka melalui benda sehari-hari seperti roti.
Topraktepe, juga dikenal sebagai ‘Kota Perdamaian’, berfungsi sebagai pusat keuskupan penting selama periode Romawi dan Bizantium.
Terletak di dekat distrik Ermenek saat ini, Eirenopolis menempati titik strategis di jalur perdagangan Anemurium–Isaura, menghubungkan pantai Mediterania dengan pedalaman Anatolia.
Survei arkeologi mengungkapkan tembok kota yang dibentengi, tempat tinggal yang terbuat dari batu, dan pekuburan yang luas, yang mencerminkan signifikansi pertahanan dan perannya sebagai pusat keagamaan dan administratif.
Sebagai sebuah keuskupan di bawah Patriarkat Konstantinopel, kota ini terkait erat dengan jaringan gerejawi Bizantium yang lebih luas, yang membentuk tradisi liturginya.
Penemuan Topraktepe selaras dengan ajaran Yesus di sinagoga di Kapernaum, sebuah kota di pantai utara Laut Galilea, tempat Ia melakukan mukjizat, menyembuhkan orang sakit, mengusir setan, dan memulihkan orang lumpuh.
Di sanalah ia menyatakan, ‘Akulah roti hidup,’ yang menghubungkan makanan rohani dengan makanan jasmani.
Gambar ‘Yesus Penabur’ pada roti mencerminkan prinsip yang sama, menggambarkan Kristus sebagai penyedia yang memberkati kerja dan panen.