Kamis, 24 Juli 2025 – 23: 06 WIB
Jakarta, Viva — Pengamat Hubungan Internasional dan Investasi, Zenzia Sianica Ihza menilai pemerintah perlu mengambil sikap lebih strategis terkait kesepakatan tarif impor Amerika Serikat (AS) untuk menjaga posisi tawar Indonesia.
Baca juga:
Airlangga Bantah Jual Information Pribadi Warga RI ke Pemerintah AS
“Dengan nilai komitmen yang mencapai ratusan triliun rupiah untuk pembelian produk dan energi AS, hanya mendapatkan tarif 19 persen, itu bukan posisi tawar yang seimbang. Masih ada ruang negosiasi lagi,” ujar Zenzia dalam keterangannya, Kamis, 24 Juli 2025
Pengamat Hubungan Internasional dan Investasi, Zenzia Sianica Ihza
Baca juga:
Ketua DPR RI: Pemerintah Harus Lindungi Data Pribadi Warga Negaranya!
Zenzia menilai Indonesia masih memiliki ruang negosiasi untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik untuk tarif impor tersebut.
Ia yakin penurunan tarif itu jika dikelola dengan baik akan punya dampak positif terhadap iklim investasi. Sedikitnya, ada 10 sektor yang akan terdorong, mulai dari tekstil, alas kaki, furnitur, elektronik, hingga karet dan minyak sawit.
Baca juga:
Pemerintah Diminta Ikuti Aturan UU soal Transfer Data ke AS
“Dibanding negara negara ASEAN lainnya, tarif 19 persen itu membuat kita lebih kompetitif. Kita terkecil dibanding Vietnam dan Filipina yang masih dikenakan tarif 20 persen, Malaysia 25 persen, dan Thailand hingga 36 persen,” kata dia.
Di sisi existed, Zenzia menjelaskan pembebasan tarif untuk produk asal AS berisiko menciptakan gelombang barang murah yang bisa menekan pelaku usaha dalam negeri.
Sejumlah lembaga riset menunjukkan terdapat dua risiko yang mungkin timbul dari tarif nol persen untuk produk AS. Pertama, dari sisi pendapatan negara dan selanjutnya seputar ketahanan industri nasional. Kedua, kemungkinan munculnya deindustrialisasi dini.
Ia pun menyoroti sikap Presiden AS Donald Trump yang perlu disikapi secara hati-hati.
Maka itu, ia berpendapat kesepakatan dagang dengan AS perlu dibarengi dengan klausul yang melindungi industri nasional, termasuk dari efek banjir barang impor. Zenzia menambahkan masih ada waktu untuk memperbaiki kesepakatan dagang dengan AS.
Ilustrasi Donald Trump dan kebijakan tarif mobil impor
Diketahui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan, seluruh poin dalam berkas joint declaration terkait Perjanjian Perdagangan Timbal Balik (Arrangement on Reciprocal Trade) antara Indonesia dan Amerika Serikat, telah melalui proses kesepakatan bersama.
“Semua sudah disepakati kedua belah pihak,” kata Airlangga dikutip dari Antara, Rabu, 23 Juli 2025
Namun, Airlangga membantah bahwa Amerika Serikat meminta Indonesia mengubah regulasi terkait soal ketenagakerjaan. “Itu juga tidak ada perubahan. Hanya minta comply dengan regulasi dan itu sudah kita lakukan,” ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Sejumlah lembaga riset menunjukkan terdapat dua risiko yang mungkin timbul dari tarif nol persen untuk produk AS. Pertama, dari sisi pendapatan negara dan selanjutnya seputar ketahanan industri nasional. Kedua, kemungkinan munculnya deindustrialisasi dini.