Pemerintah sementara Bangladesh, yang dipimpin oleh Muhammad Yunus, mengerahkan pasukan paramiliter termasuk penjaga perbatasan Bangladesh (BGB), unit senjata dan taktik khusus polisi (SWAT), dan Batalion Raid Action anti-kejahatan elit (RAB) di Sekretariat di Dhaka pada hari Selasa.
Langkah ini terjadi ketika protes oleh pegawai pemerintah Bangladesh terhadap undang -undang layanan baru yang kontroversial memasuki hari keempat berturut -turut mereka, sangat mengganggu fungsi administrasi di pusat pemerintah pusat.
Memprotes hukum layanan kontroversial
Demonstrasi dimulai setelah Presiden Bangladesh Mohammed Sahabuddin mengumumkan Ordonansi Layanan Publik (Amandemen) 2025, yang memungkinkan Pemerintah untuk memberhentikan karyawan untuk empat jenis pelanggaran disiplin melalui pemberitahuan pertunjukan, melewati proses departemen formal.
Pegawai pemerintah Bangladesh telah menyebut peraturan tersebut sebagai “hukum hitam yang melanggar hukum” dan menuntut pencabutan langsungnya. Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan -slogan seperti “Menghapus hukum hitam yang melanggar hukum” dan “tidak ada kompromi, hanya perjuangan,” bersumpah untuk melanjutkan gerakan mereka sampai hukum ditarik.
Clampdown keamanan di sekretariat
Menanggapi protes, pihak berwenang memberlakukan penguncian keamanan yang ketat. BGB, SWAT, dan RAB ditempatkan di semua pintu masuk kompleks Sekretariat, kecuali jurnalis dan pengunjung masuk.
Polisi Metropolitan Dhaka (DMP) melarang unjuk rasa dan pertemuan di dalam dan sekitar sekretariat, sementara akses pengunjung dibatasi oleh kementerian rumah.
Konteks politik dan keamanan
Kerusuhan datang di tengah meningkatnya ketegangan antara pemerintahan sementara yang dipimpin Muhammad Yunus di Bangladesh dan militer, yang telah mendesak untuk pemilihan pada bulan Desember.
Pejabat Angkatan Darat Bangladesh telah menegaskan kembali komitmen mereka terhadap kedaulatan nasional tetapi menyatakan keberatan atas kebijakan pemerintah tertentu, termasuk koridor kemanusiaan yang diusulkan untuk negara Rakhine yang dikuasai pemberontak Myanmar.
Meningkatnya kejahatan dan seruan untuk pemilihan
Dhaka telah menyaksikan lonjakan kejahatan kekerasan baru -baru ini, dengan kasus -kasus pembunuhan hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu. Situasi hukum dan ketertiban yang memburuk telah mengintensifkan seruan dari analis politik dan ekonomi untuk pemerintah yang terpilih secara demokratis.
Pusat Dialog Kebijakan (CPD) mendesak administrasi sementara untuk mengumumkan tanggal perusahaan untuk pemilihan nasional, mencatat bahwa pemerintah telah berada di kantor selama sembilan bulan.