Rabu, 19 November 2025 – 08: 13 WIB
Jakarta — Di tengah derasnya arus modernisasi, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyoroti pentingnya menjaga identitas budaya, terutama ketika tradisi lisan seperti cerita rakyat mulai kehilangan tempatnya di tengah masyarakat.
Baca Juga:
Pramono Akui Harimau Kurus di Ragunan Miliknya
Namun, Pramono tidak hanya menegaskan komitmennya melestarikan cerita rakyat, tetapi juga menyampaikan pandangannya yang tegas mengenai keberadaan ondel-ondel di ruang publik. Seperti apa? Scroll untuk tahu lebih lanjut, yuk!
Pramono memulai dengan menekankan bahwa Balai Kota siap menjadi ruang yang hidup bagi kegiatan budaya, termasuk pengumpulan dan pembukuan cerita rakyat dari seluruh provinsi bersama anak-anak Jakarta. Baginya, cerita rakyat bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan fondasi karakter bangsa.
Baca Juga:
Target Belum Tercapai, Pramono Tetapkan Hari Selasa Khusus Bahas Perda
“Sebagai Gubernur Jakarta saya ingin cerita-cerita rakyat itu tidak hanya menjadi legenda masa lalu. Tetapi sebenarnya spiritnya, kejujurannya, kerja kerasnya, gotong royongnya, budayanya, etikanya, sopan santunnya, tutur katanya, dan sebagainya, inilah yang menguatkan cerita-cerita rakyat,” ujarnya di acara Festival Narration Cerita Rakyat Suara Nusantara 2025 yang digelar Navaswara di gedung Kemendikbud, Jakarta, baru-baru ini.
Baca Juga:
Pramono Bakal Bikin Taman Daan Mogot Terang Usai Ada Dugaan Prostitusi Sesama Jenis
Ia juga menyinggung beberapa legenda Nusantara seperti Timur Mak, Sangkuriang, Anjenong, dan Timun sebagai contoh kekayaan sastra lisan yang harus terus dihidupkan. Pramono bahkan membandingkannya dengan cerita populer internasional.
“Begitu tadi ditampilkan dari berbagai cerita rakyat seperti Timur Mak, Sangkuriang, Anjenong, Timun, kalau anak sekarang mungkin Harry Potter. Nah yang seperti inilah mari kita kembali kita hidupkan, karena legenda-legenda cerita rakyat ini luar biasa. Apalagi dengan arus gawai dan digital banyak sekali, kalau kita tidak hati-hati kita akan kehilangan identity,” pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, ia menegaskan bahwa identitas utama Jakarta sebagai daerah khusus– sesuai dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2024– berakar kuat pada budaya Betawi. Oleh karena itu, berbagai fasilitas publik kini mulai menampilkan ornamen dan simbol budaya Betawi.
Namun pernyataan paling mencuri perhatian hadir ketika Pramono membahas soal ondel-ondel. Tidak seperti praktik yang sering ditemui di jalanan, ia menegaskan bahwa ikon budaya Betawi tersebut tidak seharusnya digunakan untuk mengamen.
“Dan saya termasuk yang berkeinginan yang namanya ondel-ondel itu tidak digunakan untuk ngamen, tapi ondel-ondel memang kita buat untuk menjadi geranda suatu budaya one melting pot, budaya campuran yang dimiliki oleh Betawi,” tegasnya.
Halaman Selanjutnya
Pramono lalu menjelaskan bahwa budaya Betawi adalah hasil percampuran banyak budaya internasional dan lokal, sehingga tampilannya selalu kaya warna dan penuh karakter.














