Rabu, 19 November 2025 – 16:50 WIB
Jakarta – Di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah, dunia kerja kini menghadapi fenomena baru, yakni PHK skala kecil tetapi sering atau istilahnya, PHK mikro. Tidak lagi sekadar pemutusan besar yang ramai diberitakan, perusahaan kini cenderung melakukan pemutusan secara bertahap dan jumlah sedikit sepanjang tahun.
Baca Juga:
Mattel PHK Karyawan Lagi, Target Penghematan Capai Rp3,3 Triliun
Tren ini membuat perusahaan lebih fleksibel dalam mengubah strategi, tetapi juga meningkatkan ketidakpastian bagi karyawan.
Fenomena ini berdampak nyata bagi pekerja. Karyawan menjadi waspada karena kehilangan kolega secara diam-diam, sementara produktivitas dan moral kerja sering menurun. Studi terbaru menunjukkan kesejahteraan karyawan turun akibat kekhawatiran yang terus-menerus tentang pekerjaan mereka sendiri.
Baca Juga:
Volkswagen Diambang Krisis Keungan, Proyek Model Mobil Baru Terancam Berhenti!
Jadi, sebenarnya, apa itu micro layoff, dan mengapa hal ini menjadi tren yang meningkat?
Mengenal PHK Mikro
Baca Juga:
Geger! Nelayan Ribut dengan TNI AL di Tengah Laut karena Dituding Bekingi Perusahaan Minyak, Begini Faktanya
Menurut Emily Peck dari aksiodunia kerja kini memasuki era “PHK selamanya” atau “PHK selamanya”.PHK selamanya“, di mana perusahaan semakin sering melakukan pemutusan sepanjang tahun dalam jumlah kecil, bukan pemecatan besar sekaligus.
Pemecatan dalam jumlah kecil memungkinkan perusahaan melakukan perubahan dan menggeser strategi tanpa menarik perhatian, sekaligus menormalisasi PHK sebagai ‘agenda rutin’. Namun, tentu saja, hal ini tetap membuat beberapa orang kehilangan pekerjaan dan menimbulkan kecemasan tinggi bagi pekerja.
“PHK diam-diam ini kini menjadi bagian dari praktik bisnis, berbeda dibanding sepuluh tahun lalu,” kata Chris Martin, peneliti utama di Glassdoor, sebagaimana dikutip dari aksioRabu, 19 November 2025.
Dampak Micro Layoff bagi Pekerja
PHK, walaupun skala kecil, tentu tetap menyakitkan bagi yang terkena imbasnya. Moral dan produktivitas karyawan sering menurun setelah adanya pemangkasan.
Perlambatan pasar tenaga kerja, berkurangnya perekrutan, dan kekhawatiran otomatisasi serta AI yang bisa menggantikan pekerjaan manusia, bisa memperburuk ketidakpastian ini.
Data Glassdoor menunjukkan semakin banyak ulasan karyawan yang menyebut kata-kata seperti “PHK” dan “ketidakamanan kerja.” Frekuensi kata-kata ini sekarang lebih tinggi dibanding Maret 2020, ketika pandemi melanda dan banyak orang kehilangan pekerjaan.
Studi dari Johns Hopkins Carey Business School menemukan bahwa kesejahteraan karyawan mencapai titik terendah tahun lalu akibat kekhawatiran terus-menerus terkait pekerjaan.
Halaman Selanjutnya
Tren Angka Micro Layoff












