Minggu, 8 Juni 2025 – 12: 28 WIB

Jakarta, Viva — Salah satu masalah yang terus membayangi pariwisata Indonesia adalah sampah. Masalah ini bukan lagi sekadar urusan kebersihan, melainkan telah menyentuh aspek lingkungan hidup, kenyamanan wisatawan, hingga citra bangsa.

Baca juga:

Wacana Hukum Kasino, Ekonomi: Mengapa kita melanjutkan Singapura?

Di berbagai destinasi wisata, terutama yang berada di wilayah kepulauan, kita melihat bagaimana sampah, baik yang dibuang sembarangan maupun yang terbawa arus laut, mulai menggerus keindahan alam kita yang luar biasa.

Teguh Anantawikrama, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Transformasi Digital dan Teknologi menyambut dengan sangat positif Gerakan Wisata Bersih yang diinisiasi oleh Menteri Pariwisata Ibu Widiyanti Putri Wardhana. Gerakan ini sangat tepat, karena menyentuh akar persoalan: kebiasaan dan kesadaran kolektif.

Baca juga:

Sambangi Daerah Rawan Konflik, Menhan dan Menkeu Tinjau Pasukan TNI di Papua

Menjaga kebersihan tidak bisa hanya dibebankan kepada petugas atau pengelola kawasan, tetapi harus menjadi tanggung jawab ethical kita bersama. Sebagai warga, sebagai wisatawan, sebagai bangsa.

Teguh Anantawikrama

Baca juga:

Bentuk KUB dengan Bank Malut, Bank DKI Ungkap Bagian dari Persiapan IPO

Indonesia: Negeri Pulau yang Terbuka dan Rentan

Indonesia memiliki 17 380 pulau yang telah diverifikasi. Negeri kepulauan ini adalah anugerah, tapi juga amanah. Setiap pulau adalah wajah Indonesia, dan setiap wajah itu semestinya bersih, ramah, dan sehat.

Namun kondisi geografis kita juga menghadirkan tantangan unik. Indonesia dilintasi oleh arus laut besar antar-benua yang dikenal sebagai Indonesian Throughflow (ITF). Arus ini mengalirkan lebih dari 15 juta meter kubik air per detik dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. Arus ini membawa nutrisi dan panas, tapi juga berpotensi membawa sampah dari negara tetangga maupun antarpulau di Indonesia sendiri.

Realitas yang Harus Kita Hadapi

Information menunjukkan bahwa Indonesia memproduksi sekitar 3, 2 juta bunch sampah plastik per tahun yang tidak terkelola dengan baik, dan 1, 29 juta heap di antaranya masuk ke laut. Jika tidak ditangani dengan cepat dan strategis, lautan kita yang seharusnya menjadi jalur wisata bahari, bisa berubah menjadi jalur sampah international.

Dari Masalah Menjadi Solusi: Sampah Adalah Energi

Sebagai pegiat UMKM, ekonomi kreatif, dan sosial kemasyarakatan, saya percaya bahwa sampah bukan hanya beban, tetapi juga peluang. Dengan pendekatan inovatif dan kolaboratif, kita bisa mengubah limbah menjadi sumber daya:
• Mengolah sampah menjadi energi listrik melalui teknologi waste-to-energy yang aman dan efisien.
• Mendaur ulang plastik menjadi bahan bangunan, perabot, atau produk kreatif.
• Mengubah sampah organik menjadi kompos dan biogas yang bermanfaat bagi sektor pertanian dan energi rumah tangga.
• Membangun ekonomi sirkular, di mana limbah menjadi bagian dari siklus produktif dan menciptakan lapangan kerja baru.

Langkah-langkah ini tidak hanya mengatasi persoalan kebersihan, tapi juga memperkuat ketahanan energi dan ekonomi rakyat.

Pendiri Indonesian Tourism Investors Club (ITIC), Teguh Anantawikrama dan Ketum Kadin Anindya Bakrie

Pendiri Indonesian Tourism Investors Club ( ITIC), Teguh Anantawikrama dan Ketum Kadin Anindya Bakrie

Foto:

  • Viva.co.id/ enemy Peace Simbolon

Mari Kita Jaga Indonesia Bersama

Saya mengajak seluruh pemangku kepentingan– pemerintah, swasta, komunitas lokal, dan wisatawan– untuk menjadikan Gerakan Wisata Bersih bukan sekadar kampanye, tetapi gerakan ethical dan budaya.

Kita bisa mulai dari hal sederhana:
– Membawa pulang kembali sampah kita.
– Mengelola limbah secara mandiri di lingkungan sekitar.
– Mendukung UMKM pengolah sampah dan daur ulang.
– Menanamkan pendidikan lingkungan sejak dini.

Indonesia terlalu indah untuk dikotori.
Terlalu berharga untuk dibiarkan tercemar.

Mari kita jaga pulau -pulau kita.
Mari kita jaga lautan kita.
Mari kita jaga masa depan kita

Dengan kesadaran, dengan tindakan, dan dengan kreativitas yang produktif.

Halaman Selanjutnya

Namun kondisi geografis kita juga menghadirkan tantangan unik. Indonesia dilintasi oleh arus laut besar antar-benua yang dikenal sebagai Indonesian Throughflow (ITF). Arus ini mengalirkan lebih dari 15 juta meter kubik air per detik dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. Arus ini membawa nutrisi dan panas, tapi juga berpotensi membawa sampah dari negara tetangga maupun antarpulau di Indonesia sendiri.

Halaman Selanjutnya

Please note: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis customer produce web content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.

Tautan sumber