Rabu, 22 Oktober 2025 – 17:22 WIB

Jakarta –  Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa karakter santun dan ramah masyarakat Indonesia yang sering dipuji dunia bukanlah hasil kebetulan. Menurutnya, nilai-nilai luhur itu tumbuh dari tradisi pesantren yang telah mengakar selama berabad-abad di Tanah Air.

Baca Juga:

Berapa Biaya Masuk Pondok Pesantren?

Hal itu disampaikan Menag dalam amanatnya saat Apel Hari Santri 2025 di halaman kantor pusat Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta, Rabu, 22 Oktober 2025. Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan bahwa pesantren menjadi fondasi utama pembentukan karakter bangsa.

“Nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Pancasila bukanlah muncul secara tiba-tiba. Keramahan dan kesantunan bangsa Indonesia yang sering dipuji wisatawan asing tidaklah muncul begitu saja. Ia lahir dari pembentukan karakter bangsa yang dilakukan oleh pesantren dan lembaga keagamaan lainnya,” ujar Menag dalam keterangan resmi yang dikutip VIVA.co.id Rabu, 22 Oktober 2025.

Baca Juga:

Viral Santri Nyanyikan Yel-yel Mau Jadi Apa Indonesia Tanpa Santri Tuai Pro Kontra, Netizen: Ada Negara Maju Tanpa Santr

Nasaruddin menjelaskan, tradisi pesantren sudah tumbuh sejak abad ke-14 dan bahkan diyakini sudah ada sejak abad ke-13. Pesantren pertama, kata dia, dirintis oleh Sunan Ampel di Surabaya pada tahun 1440, yang kemudian dilanjutkan oleh Sunan Giri di Gresik.

Baca Juga:

Said PDIP: Pesantren Sudah Bertransformasi, Dibekali Keterampilan Wirausaha

Sejak saat itu, pesantren memainkan peran penting dalam membangun peradaban dan keadaban publik di Nusantara.

Ia juga menyoroti pentingnya sikap hormat santri terhadap gurunya, yang mencerminkan ajaran para sahabat terhadap Rasulullah SAW. Menurutnya, sikap itu diharapkan dapat menular dalam kehidupan keluarga dan sosial masyarakat.

“Tradisi santri menghormati gurunya merupakan cerminan dari akhlak para sahabat terhadap Rasulullah SAW. Maka, kesantunan santri terhadap kiai diharapkan menular kepada sikap hormat anak kepada orang tuanya,” lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, Menag juga mengingatkan pentingnya menjaga komunikasi yang beradab, meski terhadap orang yang bersikap keras sekalipun. Ia mencontohkan perintah Allah SWT kepada Nabi Musa agar berbicara dengan lemah lembut kepada Fir’aun, sebagai bentuk ajaran kesantunan dalam Islam.

“Artinya, terhadap siapa pun, bahkan kepada yang keras sekalipun, Islam mengajarkan kita untuk tetap santun,” tegasnya.

Menag menutup amanatnya dengan menyampaikan apresiasi kepada para kiai dan santri yang terus menjaga eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan mandiri. Ia menyebut seluruh pesantren di Indonesia berdiri tanpa ketergantungan kepada pihak mana pun.

Halaman Selanjutnya

“100 persen dari 45 ribu pesantren di Indonesia adalah swasta. Artinya, pesantren hidup di atas kaki sendiri tanpa ketergantungan kepada siapa pun. Terima kasih kepada para kiai dan para santri atas dedikasi dan perjuangannya,” ujar Nasaruddin.

Halaman Selanjutnya

Tautan Sumber