Jakarta (Indonesia), 4 Oktober (ANI): Jumlah korban tewas dalam insiden runtuhnya sekolah berasrama di Indonesia bertambah menjadi 10 orang pada hari Jumat (waktu setempat), The Jakarta Post melaporkan mengutip para pejabat.
Menurut para pejabat, banyak yang masih dikhawatirkan berada di bawah reruntuhan tanpa ada tanda-tanda kehidupan, menurut The Jakarta Post.
Nanang Sigit, Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional, menginformasikan bahwa mereka menemukan lima jenazah pada Jumat (waktu setempat) sehingga total korban tewas menjadi 10 orang.
‘Hari ini kami menemukan lima korban; mereka semua ditemukan tewas,’ kata Sigit kepada wartawan, menurut The Jakarta Post. Sebelumnya pada tanggal 2 Oktober, setidaknya 91 orang masih terjebak di bawah reruntuhan setelah runtuhnya sebuah sekolah di Indonesia, Al Jazeera melaporkan, mengutip pernyataan pihak berwenang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelumnya memperkirakan 38 orang terjebak, namun angka tersebut telah direvisi.
Menurut BNPB, sedikitnya enam orang masih hidup di bawah reruntuhan, tempat mereka terjebak selama hampir dua hari.
“Upaya penyelamatan saat ini dilakukan secara manual dengan menggali lubang dan bukaan untuk mengevakuasi korban,” kata badan tersebut dalam pernyataan Facebook. Para pejabat menjelaskan bahwa penggunaan alat berat dapat menimbulkan risiko keruntuhan lebih lanjut.
“Tim SAR gabungan telah mendeteksi tanda-tanda enam orang masih hidup di salah satu bagian reruntuhan. Melalui celah yang ada, tim penyelamat berhasil memberikan makanan dan air untuk menyelamatkan para korban,” tambah pernyataan itu.
Sejauh ini, jumlah resmi korban tewas akibat runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny berjumlah tiga orang, dan hampir 100 orang terluka. Dari mereka yang terluka, 70 orang telah dipulangkan, sementara 26 orang masih dirawat di rumah sakit. Menurut Al Jazeera, jumlah korban saat ini belum termasuk mereka yang masih terjebak di bawah puing-puing.
Ambruknya terjadi pada Senin sore di Sidoarjo, Jawa Timur, saat para pelajar yang sebagian besar remaja laki-laki dan pegawai sedang melaksanakan salat. Lebih dari 300 petugas penyelamat, termasuk personel dari BNPB, militer, dan polisi nasional, telah dikirim ke lokasi tersebut untuk melakukan operasi pencarian dan penyelamatan yang melelahkan.
“Jika penilaian menyimpulkan tidak ada lagi korban selamat, tahap selanjutnya akan melibatkan penggunaan alat berat untuk memulihkan korban meninggal yang masih terjebak,” kata badan tersebut.
Pihak berwenang mengatakan pilar-pilar fondasi sekolah tersebut roboh sementara pekerjaan konstruksi tanpa izin sedang dilakukan di lantai yang lebih tinggi. (ANI)