Jumat, 27 Juni 2025 – 14:48 WIB

Jakarta, Viva – Generasi Z menjadi kelompok usia paling rentan secara finansial di tengah tekanan inflasi dan dinamika ekonomi yang berkembang. Hal ini terungkap dalam laporan Sun Life Asia Financial Resilience Index edisi kedua yang dirilis Sun Life Indonesia, bertajuk Menyeimbangkan kebutuhan hari ini dan tujuan besok.

Baca juga:

6 Tips Finansial Keluarga Jelang Liburan Sekolah Hindari Kantong Jebol

Laporan tersebut mencerminkan kondisi masyarakat Indonesia dalam mengelola keuangan mereka di tengah tantangan ekonomi. Meskipun ada sedikit peningkatan persepsi terhadap kemapanan finansial secara umum, laporan ini menyoroti adanya kesenjangan ketahanan finansial yang mencolok antar generasi.

Hanya 49 persen responden generasi Z (Gen Z) yang merasa aman secara finansial, jauh di bawah Baby Boomer sebanyak 63 persen dan Milenial 61 persen. Sebanyak 58 persen dari Gen Z mengaku sebagai investor konservatif yangmencerminkan kecenderungan menghindari risiko.

Baca juga:

Studi Terbaru: Gen Z Paling Sering Telat Bayar Cicilan Mobil

Hasil riset Sun Life Indonesia juga menunjukkan lebih dari seperempat yakni 29 persen, kalangan kelahirn 1997 sampai 2010 tidak mencari bantuan atau nasihat dalam mengambil keputusan keuangan mereka. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi dibanding kelompok usia lain.

Ilustrasi menyisihakan uang untuk menabung dan dana darurat

Ilustrasi menyisihakan uang untuk menabung dan dana darurat

Baca juga:

Milenial dan Gen Z Peduli Lingkungan, Yuk Jadi Zero Waste Warrior Sejak Sekarang!

“Gen Z memiliki waktu yang panjang untuk merancang masa depan keuangan mereka, tetapi banyak dari mereka justru diliputi kekhawatiran dan keraguan. Mereka tumbuh dalam era ekonomi yang penuh ketidakpastian dan tekanan biaya hidup yang tinggi,” ujar Kepala klien dan petugas distribusi Sun Life Indonesia, Kah Jing Lee, dalam keterangannya Jumat, 27 Juni 2025.

Ia menambahkan, peningkatan literasi keuangan serta memperluas akses terhadap informasi terpercaya dapat menjadi kunci dalam membangun ketahanan finansial jangka panjang. Menariknya, 21 persen dari Gen Z mengandalkan aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan konsultasi keuangan.

Tekanan inflasi turut memengaruhi pola keuangan masyarakat secara umum. Sebanyak 92 persen responden mengaku terdampak inflasi. Sisanya, sebanyak 46 persen merasa kemampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari terpengaruh signifikan.

Akibatnya, fokus keuangan beralih ke tujuan jangka pendek guna memenuhi kebutuhan harian sebagai prioritas utama. Mirisnya, hanya 9 persen yang memiliki rencana keuangan lebih dari sepuluh tahun ke depan.

Kah Jing Lee menjelaskan, laporan ini memperlihatkan adanya kesenjangan yang semakin jelas antara mereka yang secara aktif merencanakan masa depan finansialnya dan mereka yang masih terjebak pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kelompok dengan ketahanan tinggi lebih memprioritaskan dana darurat sebanyak 45 persen, dana pendidikan sebanyak 38 persen sementara yang berketahanan rendah cenderung fokus pada pelunasan utang sebanyak 53 persen.

Bahkan, sebanyak 68 persen dari kelompok berketahanan rendah menyatakan tidak mampu bertahan lebih dari enam bulan jika kehilangan pekerjaan atau menghadapi masalah kesehatan serius. Ia kembali menegaskan literasi dan perencanaan keuangan menjadi semakin penting di tengah situasi ekonomi yang penuh tantangan.

Angka ini menandakan masih minimnya perencanaan jangka panjang yang dibutuhkan untuk mencapai ketahanan finansial yang berkelanjutan. Perbedaan signifikan antara individu dengan ketahanan finansial tinggi dan rendah mencerminkan tantangan besar dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang di tengah tekanan ekonomi.

“Sun Life hadir dan berkomitmen untuk menyediakan panduan serta solusi keuangan yang relevan agar masyarakat Indonesia dapat mengelola keuangan mereka dengan lebih percaya diri,” tutup Kah Jing Lee.

Halaman Selanjutnya

Tekanan inflasi turut memengaruhi pola keuangan masyarakat secara umum. Sebanyak 92 persen responden mengaku terdampak inflasi. Sisanya, sebanyak 46 persen merasa kemampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari terpengaruh signifikan.

Halaman Selanjutnya

Tautan sumber