Minggu, 1 Juni 2025 – 23: 00 WIB
Makkah, Viva — Kabar menggembirakan datang bagi jemaah haji Indonesia. Klinik Kesehatan Indonesia di Makkah kini kembali diizinkan memberikan layanan medis langsung kepada jemaah yang mengalami gangguan kesehatan. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, dalam kunjungannya ke Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah pada Minggu (1/ 6/2026
Baca juga:
Perkokoh Fungsi Pengawasan, Bidik Misi Sukses Penyelenggaraan Haji 2025
Dalam keterangannya, Menag mengungkapkan bahwa sebelumnya dokter-dokter Indonesia sempat dilarang melakukan penanganan medis secara langsung di klinik dan hanya dapat merujuk pasien ke rumah sakit Arab Saudi. Namun, kondisi ini menimbulkan masalah di lapangan.
Jemaah haji Indonesia lakukan pemeriksaan kesehatan di KKHI
Baca juga:
Jelang Arafah, Muzdalifah, Mina: Prof Arif Satria Serap Aspirasi Jemaah dan Siapkan Solusi
“Banyak jemaah kita yang menahan sakitnya karena takut dirujuk ke rumah sakit. Mereka merasa tidak nyaman, kesulitan bahasa, bahkan menggunakan bahasa Indonesia word play here masih ada kendala. Apalagi kalau sudah harus berhadapan dengan bahasa Arab atau Inggris,” ujar Nasaruddin.
Situasi ini diperparah dengan tidak adanya pendamping, sehingga banyak jemaah memilih menahan rasa sakit. “Ini membuat mereka stres. Karena itu, kami minta agar dokter kita diberikan kesempatan menangani langsung di klinik,” lanjutnya.
Baca juga:
7 Hal Penting yang Harus Diketahui Jemaah Jelang Puncak Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina
Permintaan ini pun akhirnya disetujui oleh otoritas kesehatan Arab Saudi setelah adanya penjelasan dari tim medis Indonesia, khususnya dokter Taruna yang menjelaskan secara rinci dampak dari pelarangan tersebut. Menteri Kesehatan Arab Saudi pun akhirnya memberikan kewenangan tertentu kepada tim medis Indonesia untuk kembali melayani jemaah di klinik.
“Alhamdulillah, sudah ada kesepakatan. Dokter kita sekarang bisa kembali memberikan pengobatan langsung di klinik. Tapi tentu kalau kondisinya gawat, harus tetap dibawa ke rumah sakit sesuai prosedur yang berlaku,” jelas Menag.
Dalam kesempatan itu, Nasaruddin juga mengungkapkan bahwa Menteri Kesehatan Arab Saudi menunjukkan sikap kooperatif, meski tetap mengingatkan pentingnya introspeksi dari pihak Indonesia.
“Mereka mempertanyakan soal jumlah dokter dan perawat yang dibawa, serta sistem penyeleksian kesehatan jemaah sebelum berangkat. Ini menjadi bahan evaluasi penting bagi kita ke depan,” katanya.
Menag berharap agar catatan dan arahan yang diberikan oleh pemerintah Arab Saudi dapat menjadi pembelajaran untuk pelaksanaan ibadah haji tahun-tahun mendatang.
“Saya kira ini momen yang sangat penting hari ini. Kita harus menjadikannya pelajaran berharga untuk perbaikan layanan jemaah di masa mendatang,” pungkas Nasaruddin.
Halaman Selanjutnya
Dalam kesempatan itu, Nasaruddin juga mengungkapkan bahwa Menteri Kesehatan Arab Saudi menunjukkan sikap kooperatif, meski tetap mengingatkan pentingnya introspeksi dari pihak Indonesia.