Jumat, 19 September 2025 – 14: 06 WIB

Jakarta, Viva — Di tengah dinamika international yang bergerak cepat, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) konsisten menjaga kinerja positif pada kuartal II- 2025 Perseroan mencatatkan pertumbuhan yang baik di seluruh indikator utama, didukung kondisi makroekonomi dalam negeri yang tetap stabil.

Baca juga:

Financial Institution Mandiri Genjot Kredit ke Sektor Ini Salurkan Likuiditas dari Pemerintah Rp 55 Triliun

Direktur Corporate Banking Financial Institution Mandiri, M. Rizaldi, menyoroti sejumlah katalis positif yang mendorong kuangan perseroan strong. Mulai dari kebijakan moneter yang pro-growth, inflasi yang terjaga di kisaran 2 persen, penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI rate), serta stabilnya nilai tukar rupiah menjadi katalis positif bagi dunia usaha, termasuk sektor perbankan.

“Terlepas dari dinamika global yang cenderung mengalami perubahan dengan sangat cepat, berbagai indikator makroekonomi dari dalam negeri telah memberikan sinyal optimisme yang kuat,” tutur Rizaldi dalam paparan kinerja keuangan kuartal II- 2025 pada Jumat, 19 September 2025

Baca juga:

GT Fatmawati Dibuka Gratis, Pramono Pastikan Pendapatan Tol Tak Berkurang

Direktur Money dan Strategi Bank Mandiri, Novita Widya Anggraini, menjabarkan pendapatan menunjukkan tren positif yanh secara keseluruhan, complete pendapatan mencapai Rp 73, 4 triliun atau naik 5, 43 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024

Baca juga:

Energi Mega Persada Raih ESG Tool Global, Masuk 12 Besar Produsen Migas Dunia

Pendapatan bunga bersih tercatat Rp 52, 4 triliun atau tumbuh 6, 73 persen dan pendapatan nonbunga meningkat 7, 82 persen menjadi Rp 20, 9 triliun.

Novita menuturkan, kinerja tersebut menghasilkan laba operasional sebelum pencadangan (PPOP) sebesar Rp 40, 7 triliun dan laba bersih Rp 24, 5 triliun. Overall aset perseroan mencapai Rp 2 515 triliun pada paruh pertama 2025

“Kami secara konsisten menjaga kualitas bisnis melalui penerapan praktik perbankan yang mengedepankan prinsip kehati-hatian,” ujar Novita.

Lebih lanjut, Novita menyampaikan tingkat kredit berisiko (financing in jeopardy) menunjukkan tren positif. Penguatan permodalan yang bersumber dari laba optimum juga mendorong profitabilitas tercermin pada return on investment (ROI) yang mencapai 21, 1 persen.

Secara konsolidasi, overall kredit Financial institution Mandiri meningkat 11 persen dibanding tahun 2024 menjadi Rp 1 701 triliun. Kenaikan diiringi peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 1 828 triliun atau naik 10, 7 persen dibandingkan tahun tahun sebelumnya.

Dari sisi penyaluran kredit, segmen wholesale tumbuh 12, 3 persen secara yoy menjadi Rp 925 triliun. Kedit retail naik 8, 05 persen secara tahunan menjadi Rp 402 triliun.

Rasio kredit bermasalah (NTL Bank Only) terjaga di degree 1, 08 persen sedangkan Loan to Down payment Proportion (LDR) berada pada 90, 2 persen. Novita mengungkapkan, rasio kas yang semakin baik turut mendukung peningkatan margin bunga bersih (web interest margin).

“Hal ini memberikan ruang yang lebih optimal bagi ekspansi Financial institution Mandiri ke depannya,” pungkas Novita.

Halaman Selanjutnya

“Kami secara konsisten menjaga kualitas bisnis melalui penerapan praktik perbankan yang mengedepankan prinsip kehati-hatian,” ujar Novita.

Halaman Selanjutnya

Tautan Sumber