Senin, 30 Juni 2025 – 14:00 WIB

Jakarta, Viva -Menteri Koordinasi Indonesia untuk Infrastruktur dan Pembangunan Regional, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), telah meminta negara-negara BRIC untuk membangun mekanisme pembiayaan khusus untuk mendukung perumahan yang tahan iklim untuk populasi yang rentan.

Baca juga:

Di Forum SPIEF 2025, Ketum Kadin Anindya Bakrie Soroti Konflik Iran-Israel Bayangi Arah Ekonomi Dunia

Berbicara di Forum Urbanisasi BRICS di Brasilia pada hari Selasa (23 Juni), Menteri Ahy menyoroti meningkatnya ketidaksetaraan dalam akses ke keuangan perumahan, khususnya di antara masyarakat yang paling terpapar dengan risiko perubahan iklim.

“Mereka yang paling rentan terhadap dampak iklim seringkali merupakan yang paling tidak mampu mengakses keuangan perumahan formal. Tanpa dukungan yang ditargetkan, mereka akan tetap terpinggirkan dan berisiko,” kata menteri selama sesi tematik tentang “perumahan dan agenda perkotaan: prioritas strategis,” yang diadakan di Istana Itamaraty.

Baca juga:

Seskab Teddy Ikut Dampingi Presiden Prabowo Bertemu Vladimir Putin

Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia bekerja dengan mitra untuk mengembangkan platform pendanaan yang mengumpulkan sumber daya dari pemerintah pusat dan lokal, serta sektor swasta.

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat

Baca juga:

Prabowo ke Rusia, Putin Buka Peluang Kerja Sama Nuklir Hingga AI dengan Indonesia

Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan solusi perumahan adaptif dan tahan iklim, terutama untuk komunitas berpenghasilan rendah dan berisiko.

“Platform ini akan menggabungkan sumber daya sektor nasional, provinsi, dan swasta. Pendanaan akan diarahkan pada renovasi hijau, pinjaman mikro, insentif zonasi inklusif, dan penggunaan bahan bangunan yang bersumber secara lokal, jelas,” jelasnya.

Menteri Ahy menekankan bahwa prioritas utama dari skema pembiayaan adalah menjangkau rumah tangga yang paling rentan dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam transisi menuju pembangunan kota hijau.

Dia juga menekankan pentingnya memperkuat kemitraan global, dengan alasan bahwa skala krisis iklim tidak dapat ditangani oleh pendanaan publik saja.

Mengutip kolaborasi yang sukses dengan lembaga -lembaga seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB), yang telah mendukung berbagai inisiatif perumahan di Indonesia, Menteri memberikan undangan kepada Bank Pembangunan (NDB) yang baru untuk bergabung dalam upaya tersebut.

“Kami memiliki kesempatan untuk menyelaraskan kerangka kerja subsidi, berbagi alat teknologi, dan menetapkan standar umum yang mencerminkan komitmen bersama kami untuk Perjanjian Paris, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), dan agenda perkotaan yang baru,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya

Menteri Ahy menekankan bahwa prioritas utama dari skema pembiayaan adalah menjangkau rumah tangga yang paling rentan dan memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam transisi menuju pembangunan kota hijau.

Halaman Selanjutnya

Tautan sumber