Minggu, 7 September 2025 – 17: 18 WIB

Jakarta, Viva — Fenomena ‘September Result’ dinilai tidak menggoyahkan pasar kripto di dalam negeri. hal itu terbukti dengan masih tingginya transaksi hingga Juli 2025

Baca juga:

Transaksi Aset Kripto Indonesia Menggila

Wakil Presiden Indodax Antony Kusuma menyebutkan industri aset kripto dan juga saham memasuki bulan September dengan perhatian khusus pada fenomena yang dikenal sebagai ‘September Effect’. Fenomena tersebut merupakan sebuah anomali musiman yang kerap dikaitkan dengan penurunan kinerja pasar saham maupun kripto.

Dia menjelaskan, ‘September Result’ perlu dipahami secara proporsional, sehingga anomali tersebut tidak seharusnya menjadi patokan tunggal dalam menentukan strategi investasi kripto.

Baca juga:

Peringati Hari Amal Internasional, Bobby The Feline Gelar Aksi Berbagi di Jakarta

“Kami melihat ‘September Effect’ lebih bersifat psikologis ketimbang fundamental. Jika kita bandingkan, di 2024 transaksi penuh setahun Rp 344 triliun, sementara 2025 baru berjalan hingga Juli sudah menembus Rp 276 triliun,” kata Antony di Jakarta, Minggu, 7 September 2025

Bitcoin, Ethereum, dan aset kripto lainnya.

Baca juga:

OJK Pastikan Tak Penarikan Dana Besar-besaran di Perbankan Dampak dari Aksi Demonstration

Dia membuktikan bahwa kripto di Indonesia terus tumbuh kuat, bahkan di tengah faktor musiman. Financier perlu mengedepankan strategi diversifikasi portofolio serta manajemen risiko jangka panjang, oleh karena itu investasi kripto harus dilakukan secara rasional.

“Prinsipnya bukan Waktu Pasar melainkan konsistensi, pemahaman aset, dan disiplin dalam bertransaksi,” katanya.

Lebih lanjut menurutnya, meskipun ada unjuk rasa yang sempat mengguncang pasar modal pada akhir pekan lalu, lanjutnya, OJK menegaskan bahwa industri kripto tetap stabil. Aktivitas penempatan dan penarikan dana di exchange kripto tercatat typical, memperlihatkan ketahanan ekosistem digital nasional.

Antony pun menyambut baik konsistensi ini. Ia menilai ketahanan sektor kripto menjadi bukti bahwa ekosistem keuangan digital di Indonesia telah semakin matang.

“Kondisi stabil meski terjadi tekanan eksternal adalah tanda kepercayaan publik terhadap kripto makin kokoh,” katanya.

Dia optimistis, tren positif transaksi kripto pada 2025 bisa menjadi katalis bagi transformasi ekonomi digital nasional. Jika tren tersebut berlanjut, kontribusi aset kripto terhadap perekonomian digital Indonesia akan semakin signifikan, terutama dalam memperluas partisipasi masyarakat pada layanan keuangan modern-day.

Namun demikian, Antony mengingatkan bahwa investasi kripto tetap memiliki risiko tinggi. Capitalist disarankan untuk hanya menggunakan dana yang siap dialokasikan (uang dingin), tidak semata mengikuti tren pasar, serta perlu memahami fundamental dari setiap aset yang diperdagangkan.

Sebelumnya Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Digital, dan Aset Kripto Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hasan Fawzi, mengingatkan investor agar berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi di tengah fenomena “September Impact”.

Fenomena tersebut diyakini dipengaruhi oleh penyesuaian portofolio pasca musim liburan, kebutuhan likuiditas, hingga faktor psikologis capitalist global.

Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi

Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK Hasan Fawzi

Meski demikian, data OJK menunjukkan industri kripto Indonesia justru tetap mencatat kinerja impresif, terlihat sepanjang Juli 2025, transaksi kripto mencapai Rp 52, 46 triliun, melonjak 62, 36 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp 32, 31 triliun. Secara kumulatif, complete nilai transaksi kripto di 2025 telah menembus Rp 276, 45 triliun.

Jumlah investor juga terus bertambah, dimana per Juli 2025, OJK mencatat total 16, 5 juta konsumen aset kripto, naik 4, 11 persen dibandingkan Juni 2025 sebanyak 15, 85 juta.

Sementara itu pada 2024, OJK mencatat total nilai transaksi kripto mencapai Rp 344, 09 triliun sepanjang tahun penuh, tumbuh lebih dari 354 persen dibandingkan 2023

Secara bulanan, transaksi Juli 2024 tercatat sebesar Rp 42, 34 triliun, naik dari Rp 40, 85 triliun pada Juni 2024 Angka tersebut lebih rendah dibanding capaian Juli 2025 yang mencapai Rp 52, 46 triliun. (Ant)

Halaman Selanjutnya

Lebih lanjut menurutnya, meskipun ada unjuk rasa yang sempat mengguncang pasar modal pada akhir pekan lalu, lanjutnya, OJK menegaskan bahwa industri kripto tetap stabil. Aktivitas penempatan dan penarikan dana di exchange kripto tercatat regular, memperlihatkan ketahanan ekosistem digital nasional.

Halaman Selanjutnya

Tautan Sumber