Kamis, 14 Agustus 2025 – 16: 30 WIB
Viva — Movie animasi Merah Putih: One for All tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta movie Indonesia. Isu mengenai anggaran produksi yang fantastis serta dugaan keterlibatan dana pemerintah memicu kontroversi. Menanggapi hal ini, Riefian Fajarsyah, yang lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen dan menjabat sebagai Direktur Utama Produksi Movie Negara (PFN), memberikan klarifikasi tegas.
Baca juga:
Hanung Bramantyo Bongkar Dapur Produksi Movie Animasi, Spending Plan Rp 6 Miliar Gak Cukup?
Ifan menjelaskan bahwa movie Merah Putih: One for All sepenuhnya merupakan karya rumah produksi swasta, Perfiki Kreasindo, dan tidak melibatkan PFN sama sekali.
“Film Merah Putih: One for All itu movie yang dimiliki dan diproduksi oleh teman-teman yang ada di PH swasta, dan kewenangan saya itu tidak sampai sebagai Bapak Industri Perfilman Indonesia,” ujar Ifan, mengutip video clip di Instagram @pusatkkontennegara, Kamis 14 Agustus 2025
Baca juga:
Daftar Lengkap Bioskop di Seluruh Indonesia yang Menayangkan Movie Merah Putih: One for All
Ia menegaskan bahwa PFN, sebagai badan usaha milik negara, tidak bertanggung jawab atas semua produksi film di Indonesia. Lebih lanjut, Ifan memastikan bahwa tidak ada dana pemerintah yang digunakan dalam penggarapan movie ini.
Baca juga:
Film Merah Putih: One for All Tayang Hari Ini, Catat! di Jakarta Cuma Ada di 3 Bioskop Ini
Ifan juga memaparkan bahwa proses penilaian kelayakan sebuah film untuk tayang di bioskop berada di bawah wewenang Lembaga Sensor Movie (LSF). Namun, LSF hanya mengatur aspek-aspek seperti isu SARA, pornografi, atau kekerasan, bukan mengevaluasi kualitas teknis film.
“Contoh, film itu tidak boleh ada isu SARA, ada pornografi, kekerasan, dan lain-lain. Tapi bukan mengkurasi kualitas dari produknya,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa keputusan penayangan film di bioskop merupakan hak penuh pihak swasta yang mengelola bioskop.
“Bioskop ini adalah perusahaan swasta, maka hak prerogatif dari bioskop untuk memberikan tayangan di tempat mereka,” tambahnya.
Meski mengakui bahwa kualitas produksi Merah Putih: One for All masih jauh dari sempurna, Ifan menilai bahwa hal ini adalah bagian dari proses pembelajaran dalam industri animasi Indonesia.
“Bukankah kualitas produksi adalah bagian dari proses pembelajaran? Dan perlu diingat, film ini tidak menggunakan dan atau anggaran dari pemerintah sedikitpun dan ini juga bukan filmnya PFN,” tegasnya.
Sebagai gantinya, Ifan mengajak masyarakat untuk menantikan karya animasi terbaru dari PFN berjudul Pelangi di Mars, yang dijadwalkan rilis pada 2026
Merah Putih: One for All, yang disutradarai oleh Endiarto dan Bintang Takari serta diproduseri oleh Toto Soegriwo dan Sonny Pudjisasono sebagai produser eksekutif, mengusung tema persatuan, persahabatan, dan nasionalisme. Film berdurasi 70 menit ini bercerita tentang delapan anak dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa, yang tergabung dalam Tim Merah Putih. Mereka mendapat tugas menjaga bendera pusaka untuk upacara 17 Agustus, namun menghadapi tantangan ketika bendera tersebut hilang secara misterius tiga hari sebelum perayaan.
Film ini telah lolos sensor dengan klasifikasi untuk semua umur dan mulai tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025 Meski menuai kritik, movie ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mengembangkan industri animasi Indonesia ke arah yang lebih baik.
Halaman Selanjutnya
Ia menambahkan bahwa keputusan penayangan film di bioskop merupakan hak penuh pihak swasta yang mengelola bioskop.