Sabtu, 5 Juli 2025 – 20: 32 WIB

Viva — Dalam dunia pacuan kuda, hanya ada satu gelar yang mampu menggetarkan sector, membuat lintasan sunyi karena takjub, dan meninggalkan nama yang abadi dalam sejarah: Three-way Crown.

Baca juga:

Diikuti 573 Atlet, Ketum KONI Harap APM Taekwondo Champion 2025 Lahirkan Calon Juara Dunia

Three-way Crown bukan sekadar tiga kemenangan beruntun. Ia adalah simbol supremasi di lintasan pacu, mahkota tertinggi bagi kuda berusia tiga tahun yang mampu menaklukkan tiga balapan paling menantang dalam satu musim. Kesempatan hanya datang sekali seumur hidup. Tak ada ulangan, tak ada musim kedua.

Tantangan meraih Three-way Crown sangat berat. Jarak tempuh setiap balapan berbeda, memaksa kuda memiliki kombinasi kecepatan dan daya tahan. Waktu pemulihan antarbalapan pun singkat, dengan tekanan tinggi dan lawan-lawan tangguh di usia yang sama. Faktor eksternal seperti cuaca, kondisi lintasan, hingga tekanan media pun menjadi ujian tersendiri.

Baca juga:

2 326 Atlet dari 14 Negara Bersaing di Kejuaraan Martial arts Terbesar di Indonesia

Tak heran, hanya sedikit yang mampu menyapu bersih tiga balapan dan mengabadikan namanya sebagai juara sejati.

Triple Crown di Dunia: Sulit dan Sakral

Baca juga:

PB Djarum Gelar Audisi 2025, Talenta Muda Diincar Langsung oleh Legenda Bulutangkis Indonesia

Di Amerika Serikat, Triple Crown berarti menjuarai Kentucky Derby (1 600 meter), Preakness Risks (1 900 meter), dan Belmont Stakes (2 400 meter) dalam waktu dua bulan. Sejak lebih dari 150 tahun terakhir, hanya 13 kuda yang berhasil, terakhir Justify pada 2018

Di Inggris, tempat kelahiran pacuan kuda modern, Triple Crown terasa nyaris seperti legenda. 2000 Guineas Risks (1 600 meter), The Derby (2 400 meter), dan St. Leger Stakes (2 900 meter) hanya pernah disapu bersih 15 kali. Yang terakhir, Nijinsky, melakukannya pada 1970

Jepang memiliki “Sambakan”, dengan balapan Satsuki Sho, Tokyo Yushun, dan Kikuka Sho. Konsistensi selama enam bulan membuatnya makin berat. Hingga 2023, baru delapan kuda jantan yang sukses. Jepang juga punya Three-way A pretty tiara untuk kuda betina.

Australia bahkan punya dua versi: untuk kuda jantan (Randwick Guineas, Rosehill Guineas, Australian Derby) dan untuk sprinter. Di Hong Kong, gelar Three-way Crown terbuka untuk kuda dewasa, terdiri dari Stewards’ Cup, Hong Kong Gold Mug, dan Champions & Chater Cup. Hingga 2025, baru dua kuda yang sukses.

Triple Crown Indonesia: Sulit Tapi Bukan Mustahil

Di Indonesia, Triple Crown hadir lewat tiga seri berjenjang: Seri I (1 200 meter) pada April, Seri II (1 600 meter) di Mei, dan Indonesia Derby (2 000 meter) sebagai puncaknya pada Juli.

Sejauh ini, baru dua kuda yang berhasil: Manik Trisula (2002 dan Djohar Manik (2014 Selebihnya, banyak yang nyaris– seperti King Master (2006, Queen Thalassa (2019, hingga Bintang Maja (2023– namun gagal di satu leg.

Ketua Komisi Pacu PP PORDASI, Ir. H. Munawir, menjelaskan bahwa Triple Crown Indonesia disesuaikan dengan kemampuan kuda lokal. Jarak Derby dibatasi 2 000 meter agar tak membebani fisik. “Karena kuda di sini belum kuat kalau dibuat sejauh 2 400 meter seperti di luar negeri,” ujarnya.

Sama seperti di negara lain, Three-way Crown Indonesia hanya bisa diikuti oleh kuda usia tiga tahun. Artinya, hanya ada satu kesempatan sepanjang karier seekor kuda untuk menjadi juara sejati.

Indonesia Menanti Sejarah Baru

Tahun ini, Indonesia berpeluang mencatatkan nama baru dalam sejarah. Setelah sukses di IHR– Triple Crown Serie 1 dan 2, kuda King Argentine kini hanya tinggal selangkah lagi menuju mahkota.

Jika ia mampu memenangkan Kelas 3 Tahun Derby di ajang IHR– Indonesia Derby pada 27 Juli mendatang, maka King Argentine akan menjadi kuda ketiga yang menyandang gelar Triple Crown di Indonesia.

Three-way Crown bukan hanya soal kecepatan. Ia adalah kombinasi kekuatan, konsistensi, strategi, dan sedikit keberuntungan. Banyak yang mencoba, hanya sedikit yang berhasil. Dunia telah membuktikannya. Kini, Indonesia menanti– apakah sejarah akan kembali tercipta di lintasan pacu Tanah Air?

Halaman Selanjutnya

Jepang memiliki “Sambakan”, dengan balapan Satsuki Sho, Tokyo Yushun, dan Kikuka Sho. Konsistensi selama enam bulan membuatnya makin berat. Hingga 2023, baru delapan kuda jantan yang sukses. Jepang juga punya Three-way Tiara untuk kuda betina.

Halaman Selanjutnya

Tautan sumber