Selasa, 24 Juni 2025 – 14: 52 WIB
Jakarta, Viva – Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad memastikan Komisi X DPR segera memanggil Menteri Kebudayaan (Menbud), Fadli Zon imbas pernyataannya soal tidak ada bukti terkait pemerkosaan perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998 Dia bahkan menyebut tragedi itu sebagai report.
Baca juga:
Puan Sebut DPR Lanjutkan Pembahasan 8 RUU di Tahun 2025
“Komisi terkait saya dengar akan meminta menteri yang bersangkutan memberikan keterangan di DPR,” kata Dasco di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 24 Juni 2025
Ketua Harian DPP Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat
Baca juga:
Ketum PITI Ipong Hembing Sesalkan Pernyataan Fadli Zon soal Pemerkosaan 98: Membuka Luka Lama
Menurut dia, pemanggilan Fadli Zon itu sebagai langkah yang tepat untuk menyelesaikan kisruh akibat pernyataannya mengenai tragedi pemerkosaan massal tahun 1998
“Saya pikir itu bagus untuk meng-clearkan hal-hal yang kemudian menjadi informasi bagi masyarakat,” tutur dia.
Baca juga:
Wamensesneg Sampaikan Pesan Prabowo soal RUU KUHAP: Hukum Harus Berpihak ke Rakyat, Jamin Hak Warga
Sebelumnya diberitakan, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menilai pentingnya penguatan sejarah perempuan dalam narasi kebangsaan Indonesia. Hal itu ia sampaikan dalam wawancara terkait polemik penulisan ulang buku sejarah, termasuk tragedi Mei 1998
“Malah saya ikut mendorong. Sejarah perempuan itu diperkuat,” ujar Fadli dalam wawancara di Youtube kanal salah satu media nasional seperti yang dilihat pada Kamis, 12 Juni 2025
Namun, ketika ditanya mengenai peristiwa kekerasan terhadap perempuan dalam tragedi Mei 1998 tidak dimasukkan dalam proyek buku tersebut, Fadli menyatakan hal tersebut masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan belum memiliki dasar bukti kuat.
“Kalau itu menjadi domain pada isi dari sejarawan. Apa yang terjadi? Kita enggak pernah tahu ada enggak fakta keras. Kalau itu kita bisa berdebat,” katanya.
Fadli mempertanyakan klaim tentang adanya pemerkosaan massal dalam peristiwa tersebut. Ia menyebut sampai saat ini tidak ada bukti konkret yang dapat dipertanggungjawabkan secara historis.
“Nah, ada perkosaan massa betul enggak ada perkosaan massal? Kata siapa itu? Enggak pernah ada evidence (bukti). Itu adalah cerita. Kalau ada, tunjukkan. Ada enggak di dalam buku sejarah itu? Enggak pernah ada,” ujarnya.
Menurut Fadli, penyebaran rumor-rumor yang belum terbukti hanya akan memperkeruh suasana tanpa menyelesaikan persoalan. Ia menekankan bahwa sejarah yang dibangun harus mampu merekatkan persatuan bangsa.
“Rumor-rumor seperti itu, menurut saya, tidak akan menyelesaikan persoalan,” ucapnya.
Halaman Selanjutnya
Namun, ketika ditanya mengenai peristiwa kekerasan terhadap perempuan dalam tragedi Mei 1998 tidak dimasukkan dalam proyek buku tersebut, Fadli menyatakan hal tersebut masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan belum memiliki dasar bukti kuat.