Jumat, 31 Oktober 2025 – 14:14 WIB

Jakarta –Wakil Ketua Komisi I Fraksi Partai Golkar, Dave Laksono menilai pengembangan industri pertahanan merupakan suatu keharusan bagi Indonesia.

Baca Juga:

Perkuat Pertahanan Nasional, Indonesia Dorong Kolaborasi Lintas Sektor!

Hal tersebut dilakukan melalui modernisasi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang secara paralel harus didukung oleh pengembangan industri pertahanan nasional yang kuat dan mandiri.

Dave mengatakan bahwa modernisasi Alutsista dan kemandirian industri pertahanan menjadi kunci untuk menciptakan efek gentar yang kredibel. Mekanismenya dapat beragam, melalui skema pembelian, transfer teknologi, dan produksi bersama atau mandiri.

Baca Juga:

Dorong Pengembangan UMKM Industri Kreatif, BTN Dukung JFW 2026

Ia menambahkan bahwa kemampuan memproduksi Alutsista secara mandiri, dapat menjamin pasokan saat kondisi darurat dan mampu menghilangkan ketergantungan produk, hal tersebut sudah merupakan bentuk kedaulatan industri pertahanan nasional.

“Di bawah arahan Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Kementerian Pertahanan RI terus memperkuat empat fokus utamanya, yaitu Persatuan
bangsa dan sistem pertahanan semesta, Peningkatan kekuatan militer, Pengembangan industri pertahanan dalam negeri, dan Kemitraan strategis dan
diplomasi pertahanan. Langkah tersebut secara bertahap didukung oleh alokasi Anggaran Pertahanan yang cukup optimal dalam RAPBN 2026 sebesar Rp187,1 triliun,” kata Dave dalam keterangannya, Jumat, 31 Oktober 2025.

Baca Juga:

Strategi SKK Migas Dorong Pemberdayaan Masyarakat demi Ketahanan Energi Nasional

Dave mengatakan industri pertahanan nasional seperti PT PAL Indonesia, PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan lainnya menjadi ujung tombak dalam arah kemandirian industri pertahanan nasional.

“Mereka harus didorong untuk fokus pada produksi Alutsista unggulan yang spesifik dengan kebutuhan TNI, seperti kapal perang, kendaraan tempur, dan pesawat angkut. Proyeksi Alutsista yang akan datang selain perlu sejalan dengan kemandirian industri pertahanan dan modernisasi Alutsista juga harus mampu sejalan dengan situasi geopolitik dan berbagai ancaman modern serta yang tidak kalah penting Adalah dampaknya terhadap perekonomian nasional,” kata dia.

Di sisi lain, beberapa Alutsista dan skema kemandirian industri pertahanan telah diupayakan oleh Kementerian Pertahanan RI melalui kerja sama, pembelian, transfer teknologi, dan produksi bersama.

Beberapa Alutsista terbaru melalui
skema pembelian dan pengembangan diantaranya, Pertama Jet Tempur Rafale, direncanakan akan menambah kekuatan pertahanan udara nasional.

Kedua, Airbus A-400M, yang diproyeksikan berperan sebagai pesawat angkut logistik, tetapi juga dilengkapi aerial refueling pod, yang mampu mengisi bahan bakar
di udara untuk jet tempur seperti Sukhoi, Hawk, hingga Rafale.

Halaman Selanjutnya

Ketiga, Drone Serang Anka, dari total 12 unit, enam unit akan dirakit di Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia, hal ini memberikan nilai strategis bagi terselenggaranya Transfer of Technology (ToT) yang dapat mendukung pengembangan UAV produksi dalam negeri.

Tautan Sumber