Rabu, 3 September 2025 – 20: 04 WIB

Jakarta, Viva — Anggota Komisi VI DPR RI, Firnando H. Ganinduto, meminta pemerintah untuk segera memberikan solusi terhadap beban utang proyek Kereta Cepat Jakarta– Bandung atau Whoosh yang saat ini membebani PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Baca juga:

Demo Berlanjut, 17 KA Jarak Jauh Berhenti di Stasiun Jatinegara, Catat Daftarnya

Menurutnya, Kementerian BUMN dan BPI Danantara harus memberikan atensi khusus karena besarnya utang proyek strategis nasional (PSN) ini berpotensi mengganggu kinerja dan keberlangsungan operasional BUMN.

Baca juga:

IDS Green Summit 2025 Dorong Transformasi hingga Kolaborasi Menuju Ekonomi Hijau

“Kita mengapresiasi kinerja PT KAI yang selama ini cukup baik. Namun, beban keuangan yang ditanggung akibat proyek kereta cepat membuat kondisi PT KAI rentan. Pemerintah harus segera hadir dengan solusi karena proyek ini merupakan program kerja negara. Jika beban utang seluruhnya ditimpakan pada PT KAI, kebangkrutan hanya tinggal menunggu waktu,” kata Firnando dalam keterangannya, Rabu, 3 September 2025

Menurutnya, kondisi keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang mengalami kerugian Rp 1, 246 triliun pada semester I- 2025 merupakan “bom waktu” bagi PT KAI.

Baca juga:

Prabowo: Kalau Saya Brengsek, Bisa Diganti!

Dengan complete utang restrukturisasi yang mencapai Rp 6, 9 triliun dari China Development Financial institution (CDB), dibutuhkan roadmap penyelesaian yang jelas.

“Dirut baru PT KAI harus mampu menghadirkan langkah nyata, mulai dari restrukturisasi utang, pencarian pendanaan alternatif, hingga strategi bisnis inovatif untuk mengurangi defisit,” tambahnya.

Firnando menekankan bahwa solusi tidak bisa hanya sebatas restrukturisasi. PT KAI juga harus mendorong peningkatan okupansi penumpang, membuka jenis bisnis baru berbasis kereta cepat, serta menata ulang design bisnis KCIC agar lebih produktif.

Pasalnya, kata dia, capaian jumlah penumpang pada 2024 hanya sekitar 6 juta orang, jauh dari target 31 juta penumpang per tahun.

“Kinerja okupansi yang hanya seperlima target jelas mengkhawatirkan. Jika dibiarkan, utang infrastruktur tidak akan terbayar, bahkan bisa merembet pada kesehatan BUMN existed dalam konsorsium,” jelasnya.

Kursi kereta cepat Whoosh

Kursi kereta cepat Whoosh

Ia mengingatkan bahwa beban proyek Whoosh bukan hanya tanggungan PT KAI, melainkan juga PT Wijaya Karya, PT Jasa Marga, dan PT Perkebunan Nusantara I yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia.

“Masalah ini harus ditangani serius agar tidak menimbulkan efek domino ke seluruh ekosistem BUMN. Lebih jauh lagi, kerugian berkelanjutan bisa menggerus kepercayaan financier asing terhadap iklim investasi di Indonesia,” ujar Firnando.

Firnando menegaskan bahwa pemerintah melalui Kementerian BUMN dan Danantara harus hadir dengan solusi konkret yang melindungi kesehatan keuangan PT KAI dan konsorsium BUMN lainnya.

“Pekerjaan rumah terbesar PT KAI saat ini adalah menyelamatkan Whoosh. Jika persoalan ini berhasil diurai, maka kinerja bisnis PT KAI yang selama ini sudah mendapat apresiasi dari masyarakat dapat terus berkembang. Kita butuh ide-ide brilian dan keputusan cepat agar beban utang kereta cepat tidak berubah menjadi krisis BUMN,” tutur Firnando.

Halaman Selanjutnya

Pasalnya, kata dia, capaian jumlah penumpang pada 2024 hanya sekitar 6 juta orang, jauh dari target 31 juta penumpang per tahun.

Halaman Selanjutnya

Tautan Sumber