Rumah Berita Dewan Pendidikan Tinggi Ajak Diaspora Peneliti Kembangkan Konsorsium Riset-Inovasi di Indonesia

Dewan Pendidikan Tinggi Ajak Diaspora Peneliti Kembangkan Konsorsium Riset-Inovasi di Indonesia

18
0

Senin, 18 Agustus 2025 – 15: 09 WIB

Jakarta, Viva — Anggota Dewan Pendidikan Tinggi, Kemendikti-Saintek, Amich Alhumami meminta para mahasiswa dan peneliti yang saat ini sudah menuntaskan studi mereka di berbagai negara agar segera kembali ke Indonesia.

Baca juga:

Dukung Inovasi Pendidikan Tinggi Indonesia, Pertamina Bangun Gedung Riset di ITB

Amich Alhumami berharap agar para mahasiswa dan peneliti yang saat ini terdiaspora terutama di luar negeri, untuk dapat mewarnai riset dan pengembangan (R&D) atau inovasi ilmu pengetahuan di Indonesia. Menurutnya, pemerintah RI akan menggelontorkan dana Rp 1, 8 triliun demi pengembangan R&D di tanah air.

“Karena Indonesia sejauh ini masih agak lemah berinvestasi di research and development (R&D), dan Bappenas sudah menyusun suatu strategi kenaikan secara bertahap atau inkremental untuk belanja yang mendukung R&D, dan tadi disampaikan Rp 1, 8 triliun sudah dialokasikan kepada perguruan tinggi,” kata Amich dalam keterangannya, Senin, 18 Agustus 2025

Baca juga:

Kolaborasi Dunia Riset dan Sektor Swasta Jadi Kunci Akselerasi Program Keberlanjutan

Ilustrasi buku dan pendidikan (dokumen pribadi)

Ilustrasi buku dan pendidikan (dokumen pribadi)

Amich mengajak para peneliti yang tersebar di seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan negara sahabat agar dapat berkolaborasi dengan pihak industri dalam setiap riset strategis untuk aneka pembangunan, termasuk pembangunan kewilayahan.

Baca juga:

Keterbukaan Informasi Perpajakan Daerah Kini Bisa Diakses via Fitur Layanan Riset Online, Cek Caranya

Selain demi pengembangan riset agar semakin inovatif, kerja sama dengan pihak industri akan menjadi pemasukan baru bagi perguruan tinggi dengan berbagai macam skema kolaborasi.

“Supaya nanti perguruan tinggi terutama yang selama ini sudah berkolaborasi dengan pihak industri, bisa menggali sumber-sumber pendanaan alternatif dalam rangka co-funding,” papar Amich.

Menurutnya, kerja sama dengan perusahaan atau kelembagaan swasta dapat menjaga iklim dan ekosistem riset di Indonesia terus berjalan tanpa harus menunggu suntikan dana dari pemerintah.

“Supaya cakupan dan juga kedalaman riset dan keberlanjutan riset bisa terjaga ke depan, yang selama ini investasinya lebih banyak bertumpu pada pemerintah. Ini disebut dalam rangka triple helix, artinya ada pemerintah, swasta dan perguruan tinggi yang terlibat, dan skema kolaborasi ini akan menjadi kekuatan yang bagus,” katanya.

Pemerintah RI, kata Amich, menjamin para peneliti yang mau berkiprah di dalam negeri, untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan R&D untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing.

“Walaupun kuantitas dan kualitas R&D kita masih rendah dibanding negara maju dan beberapa negara sahabat di Asia Timur seperti di Korea Selatan, Jepang, dan China, tetapi situasi R&D di Indonesia sejauh ini sudah berangsur semakin baik dibanding beberapa periode sebelumnya. Periode sekarang, pemerintah sudah menyusun konsorsium riset kawasan,” kata Amich.

Dari aspek geografis, lanjut Amich, konsorsium riset kawasan, mencakup seperti riset Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Dari aspek operasional, sambung Amich, konsorsium riset tersebut melibatkan perguruan tinggi, pemerintah dan industri.

ilustrasi buku sebagai ornamen pendidikan

ilustrasi buku sebagai ornamen pendidikan

Menurut Amich, dari skema tersebut, perguruan tinggi atau lembaga riset di kawasan setempat dapat saling bekerja sama dalam meningkatkan keilmuan dan produktivitas ekonomi bernilai tambah di masing-masing wilayah.

“Bappenas dan Kemendikti SainsTek sudah membangun suatu jaringan serta memperkuat framework result dalam R&D, antara lain berupa konsorsium riset kawasan tadi, yang fokus pada pengembangan bidang STEM (Science, Technologu, Engineering, Mathematics),” papar Amich Alhumami.

Dirinya menegaskan bahwa fokus di bidang STEM bukan bermaksud untuk menafikan ilmu sosial dan humaniora, tetapi sebagai salah satu bentuk pelaksanaan evaluasi demi mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang STEM.

“Produktivitas keilmuan di perguruan tinggi Indonesia selama ini masih belum seimbang. Proporsinya selama ini masih didominasi oleh keilmuan Sosial Humaniora; dan untuk STEM masih tertinggal dan lemah, sehingga bidang ini pada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto harus diperkuat,” tutur Amich.

Halaman Selanjutnya

Menurutnya, kerja sama dengan perusahaan atau kelembagaan swasta dapat menjaga iklim dan ekosistem riset di Indonesia terus berjalan tanpa harus menunggu suntikan dana dari pemerintah.

Halaman Selanjutnya

Tautan sumber