Senin, 20 Oktober 2025 – 17:30 WIB
Jakarta – Kecerdasan buatan (AI) kini menjadi topik yang paling hangat dibicarakan di dunia kerja. Banyak orang bertanya-tanya, apakah mesin akan mengambil alih pekerjaan manusia?
Baca Juga:
Prabowo Pamer IHSG Tembus 8.000: Bukti Investor Percaya Ekonomi Indonesia
Kekhawatiran ini wajar, mengingat AI terus berkembang pesat dan diterapkan di berbagai sektor. Namun, menurut pakar, fokus seharusnya bukan pada ketakutan, melainkan pada cara beradaptasi agar tetap relevan di era baru ini.
Dalam forum NDTV World Summit 2025, Nitin Mittal, Pemimpin Global AI di Deloitte, menekankan bahwa kehilangan pekerjaan akibat AI memang tidak bisa dihindari. Namun, bukan mesin yang “mengambil” pekerjaan Anda.
Baca Juga:
Bill Gates Ungkap Dampak Pahit AI, Sebut Pekerjaan Ini Bakal ‘Lenyap’ di Masa Depan
Ancaman sesungguhnya adalah rekan kerja yang lebih cepat belajar dan memanfaatkan AI dalam pekerjaan mereka. Mittal menyatakan, bahwa beberapa pekerjaan memang akan terdampak, termasuk di bidang rekayasa perangkat lunak, layanan pelanggan, call center, dan pemrograman.
Ilustrasi aktivitas / bekerja.
Baca Juga:
Ogah Kerja Kantoran, Kini Gen Z Berbondong-bondong Beralih ke Sektor Ini
“Sudah pasti beberapa pekerjaan akan terdampak, seperti rekayasa perangkat lunak, layanan pelanggan, call center, dan coding. Tapi saya belum pernah melihat satu pun pekerjaan yang hilang karena AI. Hampir semua pekerjaan terdampak oleh orang lain yang sudah mengetahui cara bekerja dengan AI,” ujar Mittal, seperti dikutip dari Times of India, Senin, 20 Oktober 2025.
Menurutnya, kunci keberhasilan adalah kemampuan beradaptasi. Mereka yang menolak belajar atau hanya menghabiskan waktu scrolling media sosial tanpa tujuan, akan lebih mudah tergantikan.
“Mereka yang tidak menunjukkan rasa ingin tahu untuk belajar dan justru menghabiskan waktunya doomscrolling kemungkinan besar akan tersingkir,” tegas Mittal.
Meskipun ada risiko kehilangan pekerjaan, Mittal menekankan bahwa ekonomi baru berbasis AI juga akan menciptakan lapangan kerja yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan. Namun, hal ini membutuhkan upaya reskilling atau pembelajaran ulang untuk menyesuaikan kemampuan dengan kebutuhan baru.
“Ekonomi AI yang baru bisa menciptakan pekerjaan yang belum pernah terpikirkan, tapi ini akan membutuhkan reskilling,” jelasnya.
Selain itu, pembangunan pusat data AI akan membuka peluang di sektor konstruksi dan manufaktur, sekaligus mendukung industri lokal. “Membangun pusat data AI akan menciptakan pekerjaan baru di sektor konstruksi dan manufaktur, mendukung industri lokal,” kata Mittal.
Halaman Selanjutnya
Pesan utama Mittal jelas, bahwa AI bukan akhir dari pekerjaan manusia, melainkan peluang untuk babak baru dunia kerja. Mereka yang mau belajar, bereksperimen, dan menguasai teknologi akan menjadi pemenang, sementara mereka yang terus takut dan menolak perubahan akan tertinggal.