Rabu, 28 Mei 2025 – 10: 56 WIB

Bali, Viva — Bayang-bayang kegelapan sempat menyelimuti Bali pada awal Mei 2025 Dalam hitungan jam, pulau wisata dunia ini lumpuh overall akibat blackout. Listrik padam sejak aching hingga malam, membuat masyarakat dan pelaku pariwisata kelabakan.

Baca juga:

Kemenkeu Cari Celah APBN Buat Biayai 6 Stimulus Ekonomi

Kejadian ini kembali menyoroti ketergantungan Bali terhadap pasokan listrik dari Jawa. Pertanyaan klasik pun muncul kembali, sampai kapan Bali dibiarkan bergantung pada kabel bawah laut?

Menanggapi krisis tersebut, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq turun langsung meninjau lokasi rencana Terminal LNG Sidakarya di Denpasar. Ia mengungkapkan, dari sisi lingkungan, proyek ini bisa dilanjutkan dengan syarat penguatan mitigasi dampak ekologis.

Baca juga:

Rincian 6 Stimulation Ekonomi Juni-Juli 2025, Pekerja Bergaji Rp 3, 5 Juta ke Bawah dapat BSU Lagi

Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq

Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq

Foto:

  • VIVA.co.id/ Rahmat Fatahillah Ilham

“Bali sebagai destinasi pariwisata dunia harus mampu mengembangkan energi bersih terbarukan. Tak hanya bersih dari sampah, tetapi juga mandiri secara energi agar tak tertinggal dari kompetitor worldwide,” ujar Menteri Hanif di hadapan awak media dan tokoh masyarakat Sidakarya, Selasa, 27 Mei 2025

Baca juga:

Patrick Kluivert dan Tim Kepelatihan Timnas Indonesia Kunjungi Program Konservasi Air di Bali

Namun ia menegaskan, terminal LNG tak bisa dibangun sembarangan. Kajian lingkungan, sosial, dan keselamatan harus menjadi syarat mutlak.

“Kita harus pastikan semua kajian dilakukan secara menyeluruh, termasuk dampak terhadap terumbu karang, habitat laut, dan kesehatan masyarakat. Proyek ini harus memberi manfaat, bukan menciptakan risiko baru,” tegasnya.

Menteri Hanif juga menekankan pentingnya kajian kesehatan dalam dokumen AMDAL. Menurutnya, jika seluruh mitigasi dijalankan dengan tepat, Terminal LNG bisa menjadi solusi strategis: menjawab krisis energi, mendukung ekonomi, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

Kunjungan ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah pusat tak tinggal diam. Krisis listrik di Bali menjadi pelajaran pahit, tapi juga energy untuk memperkuat fondasi kemandirian energi.

Peristiwa blackout besar-besaran menjadi titik balik. Penolakan terhadap Incurable LNG kini mulai surut. Energi bersih tak lagi sekadar lingo, melainkan kebutuhan mendesak. Bali tak bisa terus-menerus hidup dalam ketergantungan.

Dukungan tak hanya datang dari pemerintah pusat. Masyarakat adat pun mulai melunak. Jero Bendesa Adat Sidakarya, Ketut Suka, menyebut paruman desa telah dilakukan sejak 2022 dan mayoritas warga mendukung proyek LNG.

“Kami menyetujui rencana ini karena melihat banyak manfaat nyata. Tapi pembangunan harus dilakukan dengan penataan yang holistik bukan hanya bangun infrastruktur, tapi juga menjaga kenyamanan warga,” jelasnya.

Kini, dengan lampu hijau dari Kementerian LHK, proyek Terminal LNG Sidakarya tak lagi sekadar wacana. Ia hadir sebagai jawaban atas keresahan masyarakat Bali.

Blackout mungkin membawa gelap, tapi dari situ pula masa depan energi Bali mulai disusun lebih mandiri, lebih bersih, dan lebih siap menghadapi tantangan.

Halaman Selanjutnya

Kunjungan ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah pusat tak tinggal diam. Krisis listrik di Bali menjadi pelajaran pahit, tapi juga energy untuk memperkuat fondasi kemandirian energi.

Halaman Selanjutnya

Tautan sumber