Rabu, 25 Juni 2025 – 15: 16 WIB

Jakarta, Viva – – Ceo JP Morgan Chase, Jamie Dimon, memperingatkan kepada perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat (AS) mengenai tantangan bisnis bukan soal efisiensi operasional atau adopsi kecerdasan buatan (AI). Menurutnya, pelaku usaha akan menghadapi krisis tenaga kerja akibat kekurangan keterampilan yang relevan.

Baca juga:

Besok Jadi Penentuan! Morgan Stanley Bakal PHK Massal Ratusan Karyawan

Dalam acara Online Forum Tenaga Kerja Chief Executive Officer Roundtable Bisnis, Dimon mengimbau para pemimpin perusahaan untuk tidak hanya bergantung pada solusi dari pemerintah. Menurutnya, pelaku bisnis seyogyanya mengambil inisiatif dengan menjalin kemitraan bersama sekolah atau perguruan Tinggi.

Upaya ini diharapkan dapat menutup kesenjangan keterampilan yang semakin melebar. Pasalnya, Dimon mengungkap krisis tenaga kerja bukan disebabkan oleh jumlah tenaga kerja terbatas melainkan para pekerja tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan industri.

Baca juga:

Investasi di Bekasi Tumbuh, Lippo Cikarang Luncurkan Hunian Baru di Kawasan Ini

“Yang sebenarnya kurang adalah keterampilan,” ujar Dimon dikutip dari Waktu India pada Rabu, 25 Juni 2025

Ilustrasi mencari pekerjaan

Ilustrasi mencari pekerjaan

Baca juga:

Perlu Kemampuan Adaptasi Hadapi Krisis

Sektor-sektor yang kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul diantaranya keamanan siber (cybersecurity), pengkodean (coding), manajemen proyek, dan literasi keuangan. Dimon mengajak penggiat usaha untuk berinvestasi di jalur pendidikan serta mendorong kurikulum yang menggabungkan kredensial kerja dengan pendidikan akademik.

Dimon melihat kesenjangan keterampilan terjadi karena ketidaksesuaian antara lowongan pekerjaan yang tersedia dengan keterampilan kandidat. Ini menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi dan inovasi di berbagai sektor, termasuk manufaktur layanan kesehatan, teknologi, dan jasa keuangan.

Ia menyinggung estimasi international yang memperkirakan sebanyak 10 juta pekerjaan akan kosong pada tahun 2030 Situasi ini merupakan akibat kekurangan talenta terampil di kalangan pencari kerja.

“Kita perlu mendobrak batasan antara pendidikan dan pekerjaan. Sudah waktunya membangun sistem yang membantu orang belajar, beradaptasi, dan berkembang sepanjang karier mereka,” tutur Dimon.

Dimon lantas menyerukan agar sekolah menengah atas dan perguruan tinggi mulai menawarkan mata pelajaran yang berfokus pada dunia kerja sebagai bagian dari kurikulum. Ia juga meminta agar perekrutan tenaga di dunia usaha tidak bisa hanya mengacu pada gelar saja.

“Mereka (para lulusan SMA dan sarjana) menginginkan pekerjaan. Namun, banyak yang berakhir di posisi inventaris padahal ada pekerjaan di bidang pengkodean, siber dan manajemen keuangan,” lanjut Dimon.

Lebih jauh, Dimon mengajak kolaborasi yang belum pernah terjadi sebelumnya antara sektor swasta, lembaga pemerintah, dan institusi pendidikan. Ia mendukung pemberian insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pelatihan tenaga kerja serta peningkatan dana publik untuk program magang dan system pembelajaran electronic.

“Tidak ada satu entitas word play here yang dapat menyelesaikan krisis keterampilan tenaga kerja sendirian. kita semua harus bekerja sama,” tegas Dimon.

Halaman Selanjutnya

Ia menyinggung estimasi global yang memperkirakan sebanyak 10 juta pekerjaan akan kosong pada tahun 2030 Situasi ini merupakan akibat kekurangan talenta terampil di kalangan pencari kerja.

Halaman Selanjutnya

Tautan sumber