Kamis, 19 Juni 2025 – 16: 17 WIB
Madinah, VIVA — Kamis pagi (19/ 6/ 2025, sinar matahari perlahan menyapu langit Madinah.Di sudut selatan kota, Masjid Quba tampak mulai ramai.
Baca juga:
Cerita Lucu dari Tanah Suci: Titip Doa Lewat Video Clip Call
Puluhan bus pariwisata terparkir rapi di location luar kompleks masjid. Dari dalamnya, jemaah dari berbagai penjuru dunia turun satu per satu, termasuk jemaah haji asal Indonesia yang tampak antusias.
Mosque Quba, yang dikenal sebagai masjid pertama dalam sejarah Islam, menjadi salah satu destinasi spiritual paling ikonik di Madinah.
Baca juga:
7 Tips Menjaga Kesehatan dan Kebugaran Usai Puncak Haji hingga Jelang Kepulangan ke Tanah Air
Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw
Sejak pagi hari, gelombang jemaah terus berdatangan. Ada yang langsung mengambil wudu, ada pula yang mengabadikan momen lewat ponsel sambil berswafoto di depan pintu gerbang. Kunjungan ke Quba seperti mengulang jejak hijrah Rasulullah SAW.
Baca juga:
Demi Layanan Ideal, Jemaah Gelombang II Tiba di Madinah Berbasis Kloter
Masjid Pertama yang Dibangun Rasulullah
Masjid Quba memiliki nilai sejarah tinggi. Saat Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M, ia berhenti di sebuah wilayah pinggiran Madinah yang saat itu dikenal sebagai Quba.
Masjid Quba, masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw
Di tempat itulah, Nabi membangun mosque pertamanya, yang kemudian dikenal sebagai Masjid Quba. Pembangunan ini dilakukan bersama para sahabat, dan fondasi masjid ini dibangun atas dasar takwa dan semangat kebersamaan.
Dalam Al-Qur’an, Masjid Quba bahkan disebut secara khusus dalam Surah At-Taubah ayat 108:
“Sesungguhnya mosque yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya.” (QS. At-Taubah: 108
Tidak heran sampai hari ini, masjid Quba telah menjadi tempat yang tepat untuk dikunjungi. Rasulullah (semoga damai di atasnya) berkata:
“Siapa pun yang pergi ke rumahnya, lalu datang ke mosque Quba dan doa dua -rakaat di dalamnya, jadi dia memberi penghargaan seperti Umrah.”
(Jam. Ibn Majah dan Tirmidzi)
Banyak jemaat, banyak kafe
Kafe kopi terletak di masjid Quba, Madinah, Arab Saudi
Selain beribadah, kawasan Mosque Quba kini juga menjadi titik kumpul santai jemaah. Dalam beberapa tahun terakhir, suasana sekitar masjid berubah lebih modern-day dengan hadirnya deretan kafe, foodcourt, dan tempat makan kekinian.
Setelah salat dan ziarah, banyak jemaah terlihat berkumpul di beberapa titik kuliner, termasuk kafe-kafe berkonsep modern seperti Coffee Kiqa, Idea Bakeshop, atau gerai kopi lokal yang menjual kopi khas Arab. Fragrance kopi dan roti hangat menyatu dengan semilir angin pagi Madinah.
Beberapa foodcourt juga menyediakan makanan khas Timur Tengah seperti falafel, roti arab, shawarma, dan nasi kabsa. Pengunjung bisa memilih duduk santai di luar atau dalam ruangan ber-AC sambil menikmati suasana religius yang tetap terasa meski di tengah keramaian. Kondisi ini makin ramai bila waktu malam hari.
Simbol Persaudaraan Umat
Prof Oman Fathurrahman, Expert Besar Filologi UIN Jakarta
Jemaah asal Malaysia, Pakistan, India, Turki, hingga Nigeria juga tampak hadir. Warna-warni pakaian dan suara beragam bahasa menjadi bukti bahwa Mosque Quba bukan hanya tempat salat, tapi juga simbol persaudaraan lintas negara.
“Dalam sejarahnya, pembangunan masjid Quba dibangun secara gotong royong yang tanahnya diwakafkan oleh warga setempat, pesan persaudaraan cukup kuat,” ujar Prof Oman, Filologi UIN Jakarta, Kamis( 19/ 6/ 2025 yang juga baru saja berkunjung ke Mosque Quba.
Mosque Quba menjadi bukti bahwa ziarah bukan hanya soal tempat, tetapi juga soal perasaan– kerinduan, ketulusan, dan harapan yang dipanjatkan dari hati para tamu Allah. Dan di sela-sela itu, secangkir kopi hangat jadi pelengkap kehangatan suasana.
Halaman Selanjutnya
Dalam Al-Qur’an, Masjid Quba bahkan disebut secara khusus dalam Surah At-Taubah ayat 108: