Oleh: Dahlan Iskan
Sabtu, 15 November 2025 – 07:58 WIB
Dahlan Iskan. Foto: dok JPNN.com
jpnn.com – Saya sudah urus visa ke Djibouti. Sudah berhasil. Saya ingin melihat negara di mulut Laut Merah itu. Mumpung sudah sampai di Jeddah. Jarak Jeddah-Djibouti tinggal lima sentimeter –kalau di Google Map.
Gagal. Ternyata tidak ada penerbangan langsung Jeddah-Djibouti. Aneh. Betapa lemahnya Djibouti sampai tidak ada penerbangan langsung dari dan ke Jeddah.
Bersama Novi Basuki serta Bambang dan istri di Makkah.–
Cari cara lain. Pilihannya harus muter jauh ke barat atau balik muter jauh ke timur. Lewat Addis Ababa di Ethiopia atau lewat Qatar di timur. Serbasalah.
Seandainya saya belum pernah ke Ethiopia jadilah. Tetapi saya, kan, baru dari Addis Ababa. Sedang kalau muter lewat Qatar akan dibilang t-e-r-l-a-l-u.
Saya lihat ada satu nama pesawat yang belum pernah saya lihat di bandara Jeddah. Buraq Air. Itu tidak mungkin Bouraq Air-nya Indonesia yang hidup lagi. Warnanya tidak hijau. Dan tulisannya pakai ”u” bukan ”ou”.
Oh…ternyata itu pesawat milik Libya. Tidak mungkin juga saya muter liwat negerinya Qadhafi.
Akhirnya saya ke Makkah –meskipun Februari nanti sudah sepakat dengan istri akan berangkat umrah. Maka saya ajak Novi Basuki dan Bambang Ming Yen beserta istri ke Makkah.
Saya sudah urus visa ke Djibouti. Sudah berhasil. Saya ingin melihat negara di mulut Laut Merah itu. Mumpung sudah sampai di Jeddah. Gagal.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google Berita










