Rabu, 25 Juni 2025 – 23:36 WIB

Jakarta, Viva – Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur meluncurkan ekosistem beras biofortifikasi berskala industri pertama di Indonesia, dalam momen Panen Raya pada 25 Juni 2025 dan dihadiri oleh para petani, perwakilan pemerintah pusat dan daerah, kalangan akademisi, serta mitra lainnya.

Baca juga:

Cetak Rekor, FAO Proyeksi Produksi Beras Indonesia Capai 35,6 Juta Ton

Guru Besar Ilmu Gizi dan Pangan IPB University Evy Damayanthi menjelaskan, inisiatif ini dibentuk melalui kemitraan strategis pentahelix antara Pandawa Agri Indonesia, IPB University, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Perum Bulog, dan Bank Indonesia (BI).

“Beras biofortifikasi merupakan solusi strategis untuk mengatasi ‘Hidden Hunger’ dalam skala besar. Kita tidak lagi hanya menangani kekurangan gizi, tetapi mulai mencegahnya langsung dari sumber pangan utama,” kata Evy dalam keterangannya, Rabu, 25 Juni 2025.

Baca juga:

Daftar Harga Pangan 24 Juni 2025: Bawang Merah hingga Cabai Rawit Naik

Ilustrasi lahan pertanian.

Ilustrasi lahan pertanian.

Dalam kesempatan yang sama, dilakukan pula penandatanganan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekosistem Skala Industri Beras Biofortifikasi.

Baca juga:

Luhut Rayu Pengusaha Belanda Investasi Pertanian di Sumatera Utara

Hal itu sebagai sebuah langkah strategis yang menegaskan komitmen bersama, untuk memperbaiki gizi masyarakat sekaligus menjaga stabilitas harga pangan.

Direktur Sistem Gizi Nasional di Badan Gizi Nasional (BGN), Nurjaeni mengatakan, program ini secara langsung mendukung tujuan nasional dalam ketahanan gizi, transformasi sistem pangan, dan ketahanan terhadap perubahan iklim.

“Fokus pada pengembangan beras biofortifikasi menjadi bagian penting dalam strategi nasional, untuk menurunkan angka stunting dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh,” ujar Nurjaeni.

Dia menekankan, relevansi inisiatif ini dilakukan dengan rencana jangka panjang peningkatan status gizi masyarakat. Menurutnya, penguatan gizi masyarakat harus dimulai dari lahan pertanian.

“Beras biofortifikasi menawarkan pendekatan berbasis pangan untuk mengurangi kekurangan zat gizi mikro, serta sejalan dengan Program Makan Bergizi Gratis dan target nasional penurunan stunting. Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana inovasi di hulu dapat mendukung hilirisasi,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya

“Fokus pada pengembangan beras biofortifikasi menjadi bagian penting dalam strategi nasional, untuk menurunkan angka stunting dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh,” ujar Nurjaeni.

Halaman Selanjutnya

Tautan sumber