Sabtu, 27 Desember 2025 – 12:17 WIB
VIVA – Setelah hampir sepekan terisolasi akibat banjir besar, denyut kehidupan di Kabupaten Aceh Tamiang perlahan kembali terasa. Akses transportasi yang sempat terputus kini mulai terbuka, memungkinkan bantuan kemanusiaan menjangkau wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit disentuh.
Baca Juga:
Polri Kerahkan Ratusan Personel dan Puluhan Kendaraan untuk Pulihkan Aceh Tamiang Pascabencana
Di balik rumah-rumah yang masih menyisakan lumpur dan fasilitas umum yang rusak, warga Aceh Tamiang mencoba menata ulang rutinitas. Bantuan pangan dan obat-obatan yang mulai berdatangan memberi ruang bagi masyarakat untuk kembali membersihkan lingkungan dan memulai fase pemulihan, meski tantangan masih nyata di depan mata.
Selama masa isolasi, warga Aceh Tamiang bertahan dalam keterbatasan. Makanan seadanya, pakaian yang tersisa, dan perlengkapan darurat menjadi sandaran hidup sehari-hari. Kondisi tersebut memaksa banyak keluarga beradaptasi cepat dengan situasi krisis, terutama bagi mereka yang memiliki anak kecil dan lansia.
Baca Juga:
Siklus Banjir di Aceh Tamiang Makin Cepat, Waspada Bencana Berulang
Presiden RI Prabowo Subianto memeluk anak-anak pengungsi di Aceh Tamiang
Foto :
- Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden
Namun di tengah situasi sulit itu, semangat justru muncul dari hal-hal sederhana. Anak-anak Aceh Tamiang menyambut kedatangan relawan dengan senyum dan pesan penuh harapan. Dalam sebuah rekaman, mereka menyampaikan dukungan bagi sesama korban bencana di wilayah lain.
Baca Juga:
Polri Bakal Bangun 300 Sumur Bor Air Bersih di Aceh Tamiang, Tersedia di 40 Titik
“Untuk teman-teman Aceh yang juga terkena bencana, tetap semangat ya,” ujar anak-anak tersebut, Sabtu 20 Desember 2025.
Seiring terbukanya akses, berbagai bantuan kemanusiaan mulai masuk ke wilayah terdampak. Salah satunya berupa kebutuhan dasar masyarakat, mulai dari vitamin, obat-obatan, hingga perlengkapan kebersihan. Bantuan tersebut didistribusikan ke sejumlah wilayah di Aceh, termasuk Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Aceh Tamiang.
Selain logistik, keterlibatan relawan juga menjadi bagian penting dalam proses pemulihan. Para relawan turut membantu sejak evakuasi, penyaluran bantuan, hingga pendampingan masyarakat agar dapat kembali beraktivitas secara bertahap.
Koordinator Posko Paya Awe, Akhiruddin, mengungkapkan bahwa banjir sempat merendam desanya hingga setinggi dua meter. Warga terpaksa mengungsi ke balai pengajian tanpa persediaan makanan yang memadai.
“Kami hanya bisa mengungsi. Tidak ada makanan sama sekali, bahkan untuk anak-anak. Dampaknya bagi kami seperti tsunami kedua,” ujarnya.
Meski sekitar 80 persen warga kini sudah kembali ke rumah masing-masing, kebutuhan dasar masih menjadi persoalan utama. Tempat tinggal, kelambu, serta perlengkapan rumah tangga banyak yang rusak dan belum tergantikan.













