Jumat, 12 September 2025 – 12:14 WIB

Jakarta, Viva – Transformasi Timnas Indonesia di bawah Patrick Kluivert menjadi sorotan FIFA. Meski perjalanan baru dimulai, perubahan gaya bermain sudah terlihat jelas dibandingkan era Shin Tae yong. Berikut analisis perbedaan keduanya:

Baca juga:

Calvin Verdonk di Ambang Sejarah Baru!

1. Filosofi Dasar

Shin Tae-yong: Menekankan disiplin, pressing tinggi, dan serangan balik cepat. Filosofinya menekankan fisik, kerja keras, dan organisasi pertahanan.

Baca juga:

Geger! Wanita Genit Edit Foto Mesra Pemain Timnas Indonesia, Justin Hubner sampai Rizky Ridho sampai Lakukan Ini

Kluivert: Membawa filosofi Eropa Belanda yang berbasis possession football. Tujuannya agar Indonesia bisa menguasai tempo permainan, bukan hanya bereaksi terhadap lawan.

2. Formasi & Struktur Tim

Baca juga:

Suporter Timnas Indonesia Desak Prabowo Pecat Erick Thohir dan Patrick Kluivert: Kembalikan Shin Tae-yong!

Shin Tae-yong

Shin: Sering menggunakan 3-4-3, dengan bek sayap (wing-back) yang rajin naik-turun. Struktur ini cocok untuk menutup ruang sekaligus cepat melancarkan serangan balik.

Kluivert: Mulai beralih ke 4-4-2, dengan fleksibilitas tinggi. Full-back bisa masuk ke tengah (inverted full-back), sementara penyerang bisa berubah menjadi false nine. Fokusnya pada variasi serangan dan kontrol lini tengah.

3. Peran Pemain Kunci

Shin: Mengandalkan pemain cepat di sayap (Witan, Saddil, Ramadhan Sananta) dan lini belakang yang disiplin.

Kluivert: Memberikan peran baru pada pemain diaspora. Misalnya, Calvin Verdonk jadi inverted full-back, Nathan Tjoe-A-On jadi gelandang penghancur agresif, dan Marselino Ferdinan dipasang sebagai false nine.

4. Gaya serangan

Shin: Serangan direct dan cepat. Fokus pada transisi kilat dari bertahan ke menyerang, memanfaatkan kecepatan pemain depan.

Kluivert: Menekankan build-up dari belakang, sirkulasi bola, dan dominasi penguasaan. Saat lawan Lebanon, Indonesia mencatat 81% ball possession, meski masih kurang efektif.

5. Pertahanan

Shin: Blok pertahanan rapat, pressing agresif di area lawan. Lebih menekankan kolektivitas dibanding individual.

Kluivert: Mencoba kombinasi baru dengan memasukkan pemain diaspora yang terbiasa main di Eropa. Kevin Diks dicoba jadi bek tengah, berpasangan dengan Jay Idzes, didukung Jordi Amat dan Mees Hilgers.

6. Keuntungan & Kerugian

Shin Tae-yong

  • Organisasi pertahanan kuat
  • Efektif saat melawan tim dengan ranking lebih tinggi
  • Kadang sulit menguasai tempo pertandingan
  • Serangan bisa buntu jika lawan bertahan rapat

Patrick Kluivert

  • Memberi identitas baru berbasis penguasaan bola
  • Variasi posisi & taktik yang modern
  • Finishing masih lemah meski dominasi bola tinggi
  • Butuh waktu adaptasi karena perubahan cukup drastis

7. Menuju Oktober: Ujian Nyata

Laga melawan Arab Saudi dan Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026 akan menjadi ujian sesungguhnya. Di sinilah terlihat apakah Kluivert mampu menemukan keseimbangan antara filsafat baru (possession football) dan pragmatisme (hasil nyata di lapangan).

Shin Tae-yong membangun pondasi disiplin dan mentalitas kerja keras. Kluivert kini mencoba membawa Timnas Indonesia ke level berikutnya dengan identitas penguasaan bola ala Belanda. Jika dua fondasi ini bisa saling melengkapi, bukan tidak mungkin Garuda bisa tampil lebih matang di Asia dan bersaing menuju Piala Dunia.

Halaman Selanjutnya

Kluivert: Mulai beralih ke 4-4-2, dengan fleksibilitas tinggi. Full-back bisa masuk ke tengah (inverted full-back), sementara penyerang bisa berubah menjadi false nine. Fokusnya pada variasi serangan dan kontrol lini tengah.

Halaman Selanjutnya

Tautan Sumber