Minggu, 27 Juli 2025 – 00: 16 WIB

Palu, Viva — Ketua Rembuk Pemuda Sulawesi Tengah (Sulteng), Fathur Razaq, memimpin aksi penanaman 70 000 pohon mangrove di sepanjang pesisir Teluk Palu, Sabtu 26 Juli. Aksi ini digelar bertepatan dengan peringatan Hari Mangrove Internasional dan melibatkan ratusan relawan dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan komunitas lingkungan.

Baca juga:

Tak Bisa Sembarangan, RI Kini Punya Aturan Baru Jaga Mangrove dan Cegah Krisis Iklim

Penanaman dilakukan dari titik Layana hingga Citraland, sebagai bagian dari gerakan pemulihan ekosistem pesisir dan ikhtiar konkret anak muda dalam merespons krisis iklim.

“Kami tanam mangrove bukan buat seremoni. Ini bentuk syukur dan sedekah kami untuk alam. Menjaga bumi juga bagian dari ibadah,” kata Fathur saat membuka kegiatan.

Baca juga:

Krisis Iklim Kian Nyata, Pemerintah Terbitkan PP 26/ 2025 untuk Selamatkan Lingkungan

https://www.youtube.com/watch?v=uobpley 9 cv0

Fathur juga menyoroti minimnya peran dunia industri dalam rehabilitasi lingkungan. Ia menegaskan, sudah saatnya regulasi mengatur agar setiap perusahaan, khususnya tambang dan industri besar, ikut menyumbang bibit pohon setiap tahun.

Baca juga:

PP 27/ 2025 Resmi Terbit, Mangrove Kini Jadi Garda Terdepan Mitigasi Iklim

Tak hanya soal lingkungan, Fathur juga punya mimpi besar menjadikan pesisir Palu sebagai destinasi wisata kelas dunia. Sehingga dapat memberi dampak tidak hanya pada pelestarian alam namun juga peningkatan perekonomian warga Palu khususnya Sulteng.

“Kami anak muda bisa tanam 70 ribu pohon. Tapi perusahaan-perusahaan besar di Sulteng belum ada yang segini. Kami di Rembuk Pemuda bahkan menargetkan satu juta pohon tiap tahun,” tegasnya.

Di samping itu, aksi ini juga ditandai dengan penandatanganan MoU antara Rembuk Pemuda dan komunitas Mangrovers, sebagai langkah kolaboratif jangka panjang dalam upaya melestarikan alam dan menjaga bumi.

Ketua Mangrovers, Ismail, mengapresiasi gerakan ini yang dinilai sebagai titik balik perjuangan mereka pasca-tsunami 2019 Menurut dia mangrove punya dampak besar secara ekologis dan ekonomi, seperti meredam gelombang dan memunculkan sumber pangan baru.

“Sejak pasca-tsunami 2019, kami jalan sendiri. Hari ini kami tidak sendiri. Ini awal gerakan yang lebih besar,” ujar Ismail.

Gerakan ini turut didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup Sulteng dan komunitas pelajar dari berbagai sekolah dan kampus. Penanaman dimulai dari Layana hingga Citraland, sebagai langkah menuju pesisir Palu yang hijau, tangguh, dan lestari.

Halaman Selanjutnya

Di samping itu, aksi ini juga ditandai dengan penandatanganan MoU antara Rembuk Pemuda dan komunitas Mangrovers, sebagai langkah kolaboratif jangka panjang dalam upaya melestarikan alam dan menjaga bumi.

Tautan sumber