Jumat, 1 Agustus 2025 – 16: 11 WIB

Jakarta, Viva — Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) menjadi perbincangan panas di dunia kerja. Beragam profesi kini menghadapi potensi tergantikan oleh mesin pintar.

Baca juga:

MWX dan IDRX Bantu UMKM Maksimalkan AI Genjot Kinerja Bisnis

Namun yang mengejutkan, sebagian besar pekerja kantoran justru tidak panik. Sebaliknya, mereka menikmati manfaat jangka pendek yang diberikan AI seperti keseimbangan hidup yang lebih baik, produktivitas tinggi, dan stres yang menurun.

Melansir dari Fortune, Jumat, 1 Agustus 2025, sebuah survei terhadap 2 500 pekerja kantoran di bidang teknologi mengungkap bahwa 61 % percaya profesi mereka bisa digantikan oleh AI dalam 3 – 5 tahun ke depan. Tapi meski begitu, mereka tetap menggunakan AI setiap hari.

Baca juga:

Takut Kalah Saing dengan AI, Gen Z Berbondong-bondong Ubah Arah Karier

Mengapa bisa begitu? Berikut adalah 6 alasan utama mengapa pekerja kantoran tetap santai menghadapi ancaman AI terhadap profesi mereka.

ilustrasi bersama teman kantor

Baca juga:

Dikira Sepi Peminat, Daftar Jurusan Kuliah Ini Malah Jadi Incaran Perusahaan Gede

1 AI Bantu Meningkatkan Work-Life Equilibrium

Sekitar 4 dari 10 pekerja menyebut bahwa AI telah membantu mereka menciptakan keseimbangan hidup dan kerja yang lebih baik. Banyak tugas rutin kini bisa diotomasi, sehingga waktu yang sebelumnya habis untuk pekerjaan administratif bisa dialihkan untuk istirahat, keluarga, atau pengembangan diri.

Hal ini sangat dirasakan terutama oleh generasi muda seperti Gen Z, yang menjadikan work-life equilibrium sebagai prioritas utama dalam memilih pekerjaan.

2 Teknologi Ini Justru Mengurangi Stres

Berkurangnya beban kerja teknis membuat banyak profesional merasa lebih ringan menjalani pekerjaan harian. Tugas-tugas membosankan seperti input data, menulis laporan rutin, atau analisis awal kini bisa dilakukan AI. Hasilnya, para pekerja merasa lebih tenang dan tidak mudah burnout.

Seperti dikatakan oleh Dallin Hatch, Head of Communications di Udacity, banyak orang mulai melihat sisi positif AI seperti halnya saat komputer dan web pertama kali hadir.

3 Produktivitas dan Kreativitas Meningkat

Sebanyak 7 dari 10 responden survei menyebut AI membuat mereka lebih produktif dan kreatif. Hal ini sejalan dengan pendapat psikolog dan filsuf Frank Martela yang mengatakan bahwa AI memberi ruang bagi manusia untuk fokus pada aspek pekerjaan yang lebih bermakna.

Dengan AI mengurus pekerjaan repetitif, manusia bisa mencurahkan energi ke pekerjaan yang menuntut ide dan strategi, seperti inovasi produk, komunikasi kreatif, atau pengambilan keputusan penting.

4 Profesi Masa Depan Akan Berevolusi, Bukan Hilang Overall

Meski ada prediksi kelam bahwa AI akan menggantikan banyak profesi, para ahli menyebut teknologi ini juga akan menciptakan jenis pekerjaan baru. Peran seperti AI trainer, punctual designer, information ethicist, hingga AI compliance policeman kini mulai dibutuhkan.

Hatch menyebut bahwa masa depan bisa membuka peluang lebih besar bagi mereka yang mau belajar keterampilan baru yang relevan dengan AI.

5 Fleksibilitas Kerja Semakin Dirasakan

Pekerjaan kini tak lagi menuntut kehadiran fisik penuh waktu. Dengan bantuan AI, banyak tugas bisa diselesaikan lebih cepat dan lebih efisien. Ini membuka kemungkinan sistem kerja baru seperti minggu kerja 2 – 3 hari, seperti yang diprediksi oleh tokoh teknologi seperti Costs Gates dan Jamie Dimon (Chief Executive Officer JPMorgan).

Kondisi ini sangat menarik bagi generasi muda dan para profesional yang menghargai waktu pribadi.

6 AI Tak Bisa Sepenuhnya Gantikan Sentuhan Manusia

Meskipun AI canggih, ada aspek-aspek humanis dalam profesi yang belum bisa ditiru sepenuhnya oleh mesin. Misalnya empati, intuisi, persuasi, dan kemampuan negosiasi. Profesi yang mengandalkan hubungan social seperti konsultan, guru, psikolog, hingga manajer SDM masih akan tetap relevan jika mampu beradaptasi dengan teknologi.

Artinya, kekhawatiran terhadap AI memang beralasan. Bahkan Chief Executive Officer Ford, Jim Farley, pernah menyebut bahwa AI bisa menghapus setengah profesi kantoran di masa depan.

Namun, alih-alih takut, banyak pekerja justru memilih untuk mengadaptasi dan mengambil manfaat jangka pendeknya. Daripada melawan arus, kini saatnya para profesional memperkuat diri dengan keterampilan baru yang bersinergi dengan AI.

Halaman Selanjutnya

Hal ini sangat dirasakan terutama oleh generasi muda seperti Gen Z, yang menjadikan work-life equilibrium sebagai prioritas utama dalam memilih pekerjaan.

Tautan sumber