Kamis, 14 Agustus 2025 – 15: 08 WIB

Jakarta, Viva — Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) sekaligus Kepala BKKBN, Wihaji, mengungkapkan bahwa sebanyak 20 persen remaja di Indonesia mengalami kesepian yang dapat membahayakan kesehatan psychological mereka. Kondisi ini menjadi perhatian serius pemerintah, salah satunya dengan memperkuat peran Generasi Berencana (Category).

Baca juga:

Sambil Menangis, Asri Welas Ungkap Selama 4 Tahun Ini Merasa Sendiri hingga Akhirnya Putuskan Cerai

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji bersama Bupati Tangerang, Maesyal Rayid

Foto:

  • VIVA.co.id/ Sherly (Tangerang)

“Remaja Indonesia kita termasuk butuh perhatian, 20 persennya itu kesepian, ada di salah satu media ada analisisnya, salah satu permasalahannya adalah mereka kesepian, akhirnya lari ke mana-mana, itu saya kira nanti bagian yang kita selesaikan. Oleh karena itu, saya berharap teman-teman yang dalam kategori remaja baik di organisasi pramuka, Genre, apapun, berilah contoh yang baik,” kata Wihaji di Jakarta, Kamis (14/ 8/2025

Baca juga:

6 Kebiasaan Sederhana yang Membuatmu Jadi Pribadi yang Selalu Dirindukan Orang Lain

Ia menekankan bahwa masyarakat Indonesia cenderung meniru perilaku langsung dari teladan di sekitarnya. Karena itu, peran teman sebaya menjadi kunci dalam membentuk perilaku positif remaja.

“Perilaku ini akan ditiru sehingga menjadi teladan, kira-kira begitu,” ujarnya.

Baca juga:

Kenapa Semakin Tua, Semakin Sukses, Semakin Kesepian dan Seperti Beast?

Untuk mengatasi masalah tersebut, BKKBN menjalankan program * Akademi Keluarga * yang ditujukan untuk mendidik generasi masa depan, mulai dari tingkat SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Program ini mencakup pelatihan dasar (* fundamental training *), menengah (* intermediate *), hingga lanjutan (* advance training *).

Wihaji juga menyoroti maraknya perilaku menyimpang di masyarakat, mulai dari kekerasan akibat kecanduan gim bold hingga meningkatnya perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).

“Itu sedang ditunjukkan sekarang, nah itu bagian dari contoh, banyak perilaku menyimpang yang disebabkan oleh dunia gim dan media sosial. Untuk itu, saya titip ke teman-teman Genre ya, teman-teman yang hadir khususnya remaja untuk terus berhati-hati. Perilaku menyimpang ini salah satu sebabnya adalah media sosial karena remaja ini cenderung ingin berbeda,” paparnya.

Menurutnya, * Akademi Keluarga * juga menjadi solusi untuk mengatasi kecanduan gawai yang saat ini banyak dialami anak-anak dan remaja. Ia mengingatkan, gawai kini menjadi bagian dari kehidupan keluarga yang jika tidak digunakan dengan bijak dapat memengaruhi algoritma, sikap, bahkan mental penggunanya.

Wihaji menilai, kontrol penggunaan gawai sangat penting agar remaja tidak menghabiskan waktu hanya untuk bermain gim atau berselancar di media sosial. Ia mendorong orang tua meluangkan waktu untuk berbincang berkualitas dengan anak.

“Handphone itu lebih dari 7 – 8 jam kita pegang, itu akan memengaruhi otak dan membentuk mental kita. Saya setuju bahwa remaja adalah kekuatan, oleh karena itu harus diedukasi dengan baik, diberi penjelasan, ruang, tempat, dan kesempatan untuk mencurahkan pikiran, sekaligus diberikan apresiasi buat mereka,” tegasnya. (ANTARA)

Halaman Selanjutnya

“Itu sedang ditunjukkan sekarang, nah itu bagian dari contoh, banyak perilaku menyimpang yang disebabkan oleh dunia gim dan media sosial. Untuk itu, saya titip ke teman-teman Style ya, teman-teman yang hadir khususnya remaja untuk terus berhati-hati. Perilaku menyimpang ini salah satu sebabnya adalah media sosial karena remaja ini cenderung ingin berbeda,” paparnya.

Tautan sumber