Senin, 20 Oktober 2025 – 16:14 WIB
Jakarta – Kementerian ESDM melalui Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, blak-blakan soal kabar viral yang menyebut bahwa Gunung Lawu akan dilelang untuk proyek panas bumi alias geothermal.
Baca Juga:
Bahlil soal Prabowo Tegur Menteri Nakal: Sesama Bus Kota Dilarang Mendahului
Dia memastikan Gunung Lawu tidak masuk dalam Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), sebagai wujud komitmen pemerintah dalam menjaga nilai sejarah, budaya, dan spiritual kawasan pegunungan tersebut.
Bahkan, Eniya juga memastikan bahwa setiap rencana pengembangan energi yang digarap oleh pemerintah, akan dilakukan selaras dengan lingkungan dan menghormati aspirasi masyarakat.
Baca Juga:
Pemerintah Tegaskan Gunung Lawu Tak Masuk Area Kerja Panas Bumi
“Kami tegaskan, Gunung Lawu tidak masuk dalam Wilayah Kerja Panas Bumi. Tidak ada proses lelang maupun aktivitas eksplorasi di kawasan tersebut,” kata Eniya dalam keterangannya, Senin, 20 Oktober 2025.
(dok. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2024)
Foto :
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
Baca Juga:
Pemerataan Sektor Tambang Jadi Wujud Kehadiran Negara
“Pemerintah berpegang pada prinsip kehati-hatian dan penghormatan terhadap nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat,” ujarnya.
Eniya menjelaskan, keputusan ini merupakan hasil evaluasi menyeluruh terhadap rencana pengembangan di WKP Gunung Lawu, yang sebelumnya sempat diajukan pada tahun 2018 dan resmi dihapus pada tahun 2023.
Bahkan pada tahun 2024 lalu, Dia menegaskan bahwa pemerintah pun telah melakukan audiensi dengan Pemerintah Kabupaten Karanganyar, dengan melibatkan akademisi dari Universitas Sebelas Maret (UNS).
Dari hasil diskusi tersebut, Kecamatan Jenawi diusulkan sebagai lokasi alternatif karena berada jauh dari kawasan cagar budaya, situs spiritual, serta wilayah yang memiliki keterikatan erat dengan Gunung Lawu.
Pada lokasi tersebut, pemerintah hanya merencanakan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE). PSPE diawali dengan kegiatan survei geosains yang merupakan kajian ilmiah awal untuk memetakan potensi panas bumi sekaligus memastikan seluruh situs budaya, kawasan sakral, serta lokasi penting bagi masyarakat dikecualikan dari area kajian. Kajian tersebut juga menjadi dasar dalam penentuan lokasi tapak sumur untuk pengeboran yang akan dilakukan minimal 1 sumur eksplorasi.
Kajian di Jenawi diharapkan memberikan landasan ilmiah bagi pemanfaatan energi panas bumi potensial hingga 40 MW, setara dengan kebutuhan listrik lebih dari 40.000 rumah tangga. Meski demikian, pemerintah menegaskan bahwa pengembangan energi bersih tidak boleh mengorbankan nilai sejarah, budaya, dan spiritual masyarakat.
Halaman Selanjutnya
“PSPE ini sifatnya baru survei pendahuluan. Pengeboran nanti akan dilakukan setelah ada hasil survei pendahuluan yang tidak menyentuh kawasan sakral maupun hutan konservasi. Semua tahapan akan dilakukan secara transparan dan partisipatif,” kata Eniya.