PBB mengutuk serangan udara junta yang menewaskan sedikitnya 32 orang di sebuah festival di Myanmar.
Sekretaris Jenderal Antonio Guterres “terkejut” dengan laporan serangan itu, kata juru bicaranya Stephane Dujarric kata wartawan di New York pada hari Rabu.
Dujarric menyebut serangan hari Senin itu sebagai bagian dari “pola yang meresahkan” yaitu serangan tanpa pandang bulu yang dilakukan militer negara tersebut.
Setidaknya 32 orang tewas dan lebih dari 50 orang terluka ketika junta militer mengebom sebuah festival Buddha di barat laut Myanmar pada Senin malam.
Beberapa anak termasuk di antara korban tewas dan terluka dalam serangan itu, di mana paralayang junta menjatuhkan bom pada acara menyalakan lilin anti-rezim di dekat sebuah desa di Kotapraja Chaung-U di Wilayah Sagaing.
Jenazah para korban berserakan akibat ledakan tersebut, membuat identifikasi menjadi sulit setelah paralayang menjatuhkan dua bom lagi beberapa menit kemudian di lokasi.
Festival ini diadakan untuk merayakan Festival Pencahayaan Myanmar, yang diperingati pada bulan purnama Thadingyut, bulan ketujuh dalam kalender lunar Burma.
“Insiden tragis ini, jika benar terjadi, akan menambah pola serangan tanpa pandang bulu yang berdampak buruk terhadap warga sipil di seluruh negeri,” kata Dujarric.
“Penggunaan amunisi udara secara sembarangan tidak dapat diterima,” katanya, sambil mendesak semua pihak yang berkonflik untuk mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia internasional.