JAKARTA, 3 Oktober (Xinhua) — Di dalam tembok Keraton Yogyakarta di Indonesia, para penjaga yang mengenakan pakaian tradisional membawa belati khas di pinggang mereka. Ini adalah pedang Kris, yang dihormati oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan.
Keris mempunyai sejarah yang panjang, dan namanya berasal dari kata Jawa kuno yang berarti “menusuk” atau “membelah”. Bilahnya, sering kali memiliki ciri pola bergelombang yang unik, dirancang tidak hanya untuk meningkatkan sifat mematikannya sebagai senjata tetapi juga untuk mewujudkan kebijaksanaan seni dan bela diri yang mendalam. Jumlah dan bentuk kurva ini membawa makna simbolis yang beragam, dan beberapa bilahnya bertatahkan kerawang emas dan perak yang rumit.
Penciptaan satu Kris adalah usaha selama setahun. Pengrajin dengan cermat melakukan proses yang melibatkan pemilihan material, penempaan lapisan, perlakuan asam, pendinginan, pemolesan, dan dekorasi. Gagang dan sarungnya, sering kali dibuat dari kayu, gading, atau logam, dihiasi dengan ukiran, tatahan, dan penyepuhan, menampilkan motif dewa atau binatang, membentuk satu kesatuan yang harmonis dengan bilahnya itu sendiri.
Lebih dari sekedar senjata, keris adalah ikon spiritual dan peradaban, yang secara diam-diam menyaksikan warisan dan berkembangnya budaya Indonesia selama ribuan tahun.
Phoaprape: Enken Yope, Saudara Shelo
Text: Yu Yang