
FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Ignatius Jonan dan kereta tak bisa dipisahkan. Kariernya di pemerintahan sangat berkaitan dengan kata itu: kereta.
Pria lulusan Harvard University itu dikenal sebagai orang yang membawa perubahan bagi kereta api di Indonesia. Saat dia diangkat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) pada 2009, kondisi kereta api sangat berbeda dengan hari ini.
“Toilet jorok, calo merajalela, karyawannya malas kerja, perusahaan rugi mulu,” kata seorang konten kreator dikutip dari Instagram @ceritainbang, Jumat (26/9/2025).
Jonan menguraikan persoalan itu. Mencoba membereskannya dari A sampai Z.
Dia membersihkan stasiun, merombak sistem tiket, menghapuskan sistem calo, membuat kereta datang tepat waktu. Sampai kereta ekonomi yang terkenal kumuh dan bau disulap jadi lebih nyaman.
Dia dikenal sosok yang tegas. Pegawai yang tak mau bekerja dia copot.
Atas kerja keras Jonan, seluruh persoalan PT KAI perlahan membaik. Pendapatan perusahaan bahkan naik drastis.
Di saat upayanya membenahi PT KAI terus ia gencarkan, pihak yang merasa dirugikan karena mainannya diacak Jonan mulai mengganggu. Tapi dia tidak peduli.
“Saya digaji oleh negara, maka saya harus bekerja untuk negara. Bukan kongkalikong,” kalimat Jonan yang terkenal.
Setelah kerjaannya yang terbilang moncer di KAI, Jonan diangkat sebagai Menteri Perhubungan pada 2014. Di masa pemerintahan Presiden ke-7 Jokowi.
Saat itu, bergulir rencana proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Jonan menolak proyek tersebut.
Ada sejumlah alasannya. Menurutnya, kereta cepat tak cocok untuk rute pendek yang hanya berkisar 150 kilometer. Kecepatan kereta tersebut, menurutnya tidak akan maksimal.
Tautan Sumber