FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Apa jadinya jika seseorang menyebut bahwa semua emosi yang kita rasakan selalu benar? Dokter spesialis psikiatri, dr. Jiemi Ardian, lewat akun X pribadinya @jiemiardian.
Menurutnya, kebenaran dari pernyataan tersebut bergantung pada bagaimana kita mendefinisikan kata valid.
“Semua emosi itu legitimate”, tepat ga? Tepat atau nggaknya bergantung dengan definisi legitimate.
Jika valid artinya benar, maka kalimat di atas tidak tepat. Tidak semua emosi itu benar.
Jika legitimate artinya secara subjektif saya rasakan, maka kalimat di atas tepat,” tulisnya.
dr. Jiemi menegaskan bahwa emosi memang sah untuk dirasakan. Rasa marah, sedih, kecewa, takut, cemas, atau bahagia, semuanya valid karena memang muncul dari dalam diri. Namun, ia menekankan bahwa valid bukan berarti selalu benar.
Contohnya, seseorang bisa saja merasa cemas berlebihan sebelum berbicara di depan umum. Emosi itu nyata, dia benar-benar merasa gelisah, tapi rasa cemas tersebut tidak otomatis mencerminkan kenyataan bahwa orang lain akan menertawakan dirinya.
Menurutnya, yang sering terjadi di media sosial adalah kesalahpahaman. Banyak orang menganggap “valid” berarti emosi selalu benar dan tidak perlu dipertanyakan lagi.
Padahal, jika semua emosi dianggap benar tanpa dipikir ulang, justru bisa menjerumuskan. ‘semua emosi itu legitimate’ memang bisa dianggap benar, asal dipahami dengan tepat.
Legitimate artinya emosi itu sah untuk dirasakan, bukan berarti otomatis benar dalam menggambarkan kenyataan. (Wahyuni/Fajar)
Tautan Sumber