Selasa, 16 September 2025 – 18:18 WIB

Jakarta, Viva – Dalam dunia kerja, banyak orang cenderung mencari kenyamanan setelah merasa betah di sebuah perusahaan. Mulai dari sudah akrab dengan rekan kerja, terbiasa dengan sistem, hingga menguasai rutinitas sehari-hari.

Baca juga:

Booming! Ini 10 Pekerjaan Hijau yang Gajinya Tembus Miliaran Rupiah, Minat?

Semua itu membuat pekerjaan terasa aman dan stabil. Namun, kenyamanan ini bisa menjadi jebakan jika membuat Anda stagnan dan enggan mengambil peluang baru. Fenomena ini kini dikenal dengan istilah job hugging.

Menariknya, para ahli mengingatkan bahwa tren ini bisa merugikan karier dalam jangka panjang.

Baca juga:

Warga Desa Pelanjau Jaya Duduki Lahan yang Dirampas Perusahaan Sawit

Pekerjaan Mengenal Memeluk

Peter Duris, CEO sekaligus co-founder dari alat karier berbasis AI Kickresume, menjelaskan bahwa job hugging adalah fenomena di mana seseorang bertahan pada pekerjaan karena takut menghadapi ketidakpastian di luar sana.

Baca juga:

Raksasa Farmasi Umumkan PHK Besar-Besaran, 9.000 Karyawan Jadi Korban

Job hugging, berlawanan dengan job hopping yang selama ini populer. Jika job hopping identik dengan sering pindah kerja untuk mencari pengalaman baru, job hugging justru terjadi ketika seseorang terlalu erat memegang pekerjaan yang ada, meski sudah merasa bosan atau tidak berkembang.

ilustrasi multitasking/bekerja.

ilustrasi multitasking/bekerja.

“Job hugging, kebalikan dari job hopping, bisa muncul karena ketakutan terhadap kondisi pasar kerja yang tidak menentu. Ketika ada kekurangan lapangan kerja, banyak orang akhirnya memilih bertahan di pekerjaannya saat ini, meskipun mereka mulai bosan,” kata Duris, seperti dikutip dari UNILADSelasa, 16 September 2025.

“Meskipun bertahan di satu perusahaan punya banyak manfaat, hal itu tidak selalu menjadi keputusan terbaik bagi semua orang,” sambungnya.

Dengan kata lain, job hugging memang terasa aman karena sudah terbiasa dengan lingkungan dan tanggung jawab yang ada. Akan tetapi, rasa aman ini bisa membuat seseorang mengabaikan peluang karier yang lebih baik.

Pekerjaan risiko memeluk

Duris menegaskan bahwa tidak ada salahnya bertahan di satu perusahaan jika tujuannya adalah menunggu promosi atau kesempatan naik jabatan. Namun, jika bertahan hanya karena malas berubah, justru bisa menjadi bumerang.

“Jika Anda sudah melampaui peran Anda dan tidak ada lagi peluang untuk berkembang, atau Anda ingin beralih karier, bertahan di tempat yang sama bisa menghambat peluang untuk maju. Bahkan, hal itu bisa menyebabkan hilangnya motivasi secara total,” jelas Duris.

Risiko utama dari job hugging adalah terjebak di zona nyaman. Anda mungkin merasa aman, tetapi sebenarnya sedang kehilangan momentum untuk berkembang, baik dari sisi keahlian, jaringan profesional, maupun penghasilan.

Lebih lanjut, Duris menekankan pentingnya berpikir matang sebelum mengambil keputusan karier. “Berpikir dengan hati-hati dan menimbang pilihan adalah kunci ketika membuat keputusan besar tentang karier. Anda tidak ingin tetap berada di suatu tempat yang sudah tidak memberi manfaat bagi Anda, tetapi Anda juga harus memastikan bahwa pekerjaan berikutnya lebih cocok untuk Anda.”

Tips Menghadapi Tren Job Hugging

Untuk menghindari jebakan job hugging, pekerja perlu lebih proaktif mencari peluang. Misalnya, dengan menjajaki posisi baru di dalam perusahaan, mengikuti pelatihan untuk meningkatkan keterampilan, atau berdiskusi dengan manajer tentang proyek-proyek baru yang bisa memberi tantangan.

Selain itu, berani mengambil langkah keluar juga bisa menjadi solusi. Jika memang sudah tidak ada ruang untuk tumbuh, penting bagi pekerja untuk mempertimbangkan peluang di perusahaan lain. Dengan begitu, karier tetap berjalan maju dan tidak mandek di satu titik.

Seperti diketahui, job hugging adalah fenomena yang lahir dari rasa takut menghadapi ketidakpastian. Meski terlihat aman, tren ini bisa merugikan Anda dalam jangka panjang.

Halaman Selanjutnya

“Job hugging, kebalikan dari job hopping, bisa muncul karena ketakutan terhadap kondisi pasar kerja yang tidak menentu. Ketika ada kekurangan lapangan kerja, banyak orang akhirnya memilih bertahan di pekerjaannya saat ini, meskipun mereka mulai bosan,” kata Duris, seperti dikutip dari Unilad, Selasa, 16 September 2025.

Halaman Selanjutnya

Tautan Sumber