JAKARTA, 16 September (Xinhua)-Pemerintah Indonesia telah memindahkan 200 triliun rupiah (sekitar 12,23 miliar dolar AS) dari tabungan bank sentral ke lima bank milik negara, yang bertujuan untuk memperkuat likuiditas perbankan, mendorong pinjaman ke sektor nyata, dan akhirnya meningkatkan ekonomi nasional.

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa baru -baru ini mengumumkan bahwa 200 triliun rupiah akan dialokasikan untuk bank Mandiri, Bri, dan BNI, dengan masing -masing bank menerima 55 triliun rupiah. BTN akan menerima 25 triliun rupiah, dan BSI akan menerima 10 triliun rupiah.

Dia menjelaskan bahwa likuiditas tambahan diharapkan akan meningkatkan uang tunai yang tersedia di bank, memungkinkan mereka untuk menyalurkan lebih banyak dana kepada publik melalui pinjaman dan kredit. Ini akan membuat pembiayaan lebih mudah diakses untuk rumah tangga dan bisnis, sehingga mempercepat kegiatan ekonomi.

Langkah ini dilakukan di tengah perlambatan pertumbuhan pinjaman bank. Menurut Otoritas Jasa Keuangan Indonesia, pinjaman naik 7,03 persen tahun-ke-tahun pada Juli 2025 menjadi 8.043 triliun rupiah, turun dari 7,77 persen pada Juni.

Sektor mikro, kecil, dan menengah (UMKM), tulang punggung ekonomi riil Indonesia, telah menunjukkan perlambatan pinjaman bank. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa pinjaman UMKM mencapai 1.397,4 triliun rupiah pada bulan Juli, naik hanya 1,6 persen tahun-ke-tahun, dibandingkan dengan pertumbuhan 2 persen pada bulan Juni. Ini menandai pertumbuhan kredit UMKM terendah sejak Mei 2021, mencerminkan melemahnya daya beli konsumen.

“Jadi, saya dapat meyakinkan Anda bahwa 200 triliun rupiah dalam dana akan ditransfer ke sistem perbankan hari ini,” kata Purbaya Jumat lalu, berharap likuiditas tambahan ini akan merangsang sektor ekonomi nyata.

Dia mencatat bahwa dana ini bukan dana darurat, melainkan dana pemerintah yang sebelumnya tidak terkelupas yang diadakan di bank sentral. Dengan menempatkannya di bank komersial, dana ini dapat diakses untuk kredit.

Mohammad Nur Rianto, seorang profesor ekonomi dan bisnis di Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah di Jakarta, mengatakan suntikan likuiditas akan memberikan setidaknya tiga dampak positif pada ekonomi Indonesia.

Pertama, ini memperkuat stabilitas sistem keuangan dengan memastikan bank memiliki likuiditas yang cukup untuk menahan guncangan global seperti krisis atau gejolak pasar.

Kedua, ini meningkatkan inklusi keuangan. “Jika bank menyalurkan kredit ke sektor produktif seperti MSM, manufaktur, pertanian, dan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan basis ekonomi nasional akan menguat,” kata Rianto.

Ketiga, kebijakan tersebut dapat menarik investasi. “Investor asing akan melihat bahwa pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melindungi sektor perbankannya. Ini meningkatkan kepercayaan investor di pasar modal dan investasi langsung,” tambahnya.

Rianto menekankan bahwa injeksi bertindak seperti obat yang kuat untuk ekonomi, mempercepat aliran keuangan, memperkuat ketahanan perbankan, dan mendorong pertumbuhan.

“Jika dana ini benar -benar digunakan untuk meningkatkan sektor produktif, hasilnya bisa luar biasa: penciptaan lapangan kerja, meningkatnya investasi, pendapatan pajak yang lebih tinggi, dan pertumbuhan berkelanjutan,” kata Rianto. (1 dolar AS sama dengan sekitar 16.356 rupiah)

Tautan Sumber