Kamis, 11 September 2025 – 09: 51 WIB

Jakarta, Viva — Utang meledak menyebabkan negara terjerumus ke lubang hitam. Hal tersebut membuat pemerintahannya kalah dalam mosi tidak percaya di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Baca juga:

Pemerintah Bayar Utang dan BI Jaga Stabilitas Rupiah, Cadangan Devisa RI Turun Agustus 2025

Kejadian ini terjadi di Prancis, di mana Perdana Menteri Francois Bayrou tumbang akibat gagal mengendalikan utang negara yang terus membengkak.

Kegagalan Pemerintah Prancis dalam mengendalikan utang negara yang terus meningkat, ditambah dengan pertikaian politik yang berkepanjangan, dapat menjerumuskannya ke dalam lubang hitam.

Baca juga:

Wakil Ketua MPR Pastikan Tuntutan Rakyat 17 + 8 Didengar, Janji Tak Akan Diabaikan

Prancis memiliki salah satu tingkat utang tertinggi di Uni Eropa, saat ini mencapai sekitar 113 persen dari PDB, rasio yang diperkirakan akan naik menjadi 125 persen pada 2030

Defisit anggaran negara diproyeksikan mencapai 5, 4 – 5, 8 persen dari PDB tahun ini, jauh di atas batas 3 persen.

Baca juga:

Audiensi Bersama Pimpinan DPR, GMNI Sampaikan 5 Tuntutan Ini

Mengutip situs Rusia hari ini Kamis, 11 September 2025, pemodal Charles Offered mengatakan bahwa jika lembaga pemeringkat kredit Fitch menurunkan peringkat Prancis dari AA menjadi A, hal itu akan mendorong capitalist institusional untuk menjual obligasi (surat utang) pemerintah.

“Ada sejumlah lembaga, (seperti) financial institution sentral dan perusahaan asuransi, yang tidak dapat berinvestasi pada sesuatu yang berada di bawah AA. Saya tahu sesuatu yang besar akan datang. Kita mengalami keruntuhan nyata dalam kualitas elit kita yang tercermin dalam kondisi politik yang menyedihkan,” ungkap Gave, meramalkan sebuah ‘lubang hitam’ yang disebabkan oleh kebijakan tidak logis yang diterapkan Pemerintah Prancis selama 20 tahun terakhir.

Sebagai informasi, Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou kalah dalam mosi tidak percaya di Majelis Nasional (MPR), yang ia ajukan sendiri untuk mendapatkan dukungan bagi rencana penghematan yang drastis.

Langkah-langkah tersebut, yang meliputi pemangkasan lapangan kerja di sektor publik, pembatasan belanja kesejahteraan, serta penghapusan dua hari libur nasional, ditentang keras oleh Partai Nasional sayap kanan, Partai Sosialis, dan Partai Prancis yang berhaluan kiri.

Alhasil, Presiden Emmanuel Macron menunjuk Menteri Pertahanan Sebastien Lecornu yang akan lengser sebagai perdana menteri baru Prancis.

Meskipun defisit anggaran meningkat, Paris berencana untuk meningkatkan pengeluaran militernya menjadi 64 miliar Euro (Rp 1 233 triliun) pada 2027, dua kali lipat dari yang dibelanjakan pada 2017

Emmanuel Macron telah berulang kali menyebut ancaman Rusia sebagai alasan kenaikan anggaran tersebut.

Para pejabat Rusia secara konsisten menepis klaim tersebut sebagai “omong kosong”, menuduh para pemimpin Barat menyebarkan ketakutan untuk membenarkan anggaran militer yang membengkak dan menutupi kegagalan ekonomi mereka.

Halaman Selanjutnya

Sebagai informasi, Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou kalah dalam mosi tidak percaya di Majelis Nasional (MPR), yang ia ajukan sendiri untuk mendapatkan dukungan bagi rencana penghematan yang drastis.

Halaman Selanjutnya

Tautan Sumber