Selasa, 9 September 2025 – 16: 54 WIB
Jakaarta.viva — Indonesia Service Council for Sustainable Growth (IBCSD) menegaskan komitmen comprehend 2030 sebagai wadah kolaborasi bisnis untuk mengatasi susut dan sisa pangan (SSP) di Indonesia secara sistematis.
Baca juga:
Heboh Isu PHK Pekerja Gudang Garam, 2 Hal Ini Jadi Sorotan
Hal itu digaungkan dalam gelaran bertajuk’ Expertise Sharing: From Plan to Plate– Mendorong Kebijakan yang Mendukung Penanganan Susut dan Sisa Pangan di Sektor Bisnis’ di Jakarta. Acara ini menjadi energy penting dalam memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk menanggulangi isu.
Pada saat yang sama membuka jaringan celebration 4 th Peringatan tahunan UNDERSTANDING 2030 dan peringatan Hari Internasional Kesadaran akan kehilangan makanan dan limbah (IDAFLW) 2025
Baca juga:
Inflasi Beras Terkendali: BULOG Terus Dorong Perluasan Jaringan SPHP, Harga Mulai Turun di Ratusan Daerah
“Empat tahun perjalanan understanding 2030 membuktikan bahwa gotong royong antara pemerintah, bisnis, akademisi, dan masyarakat sipil adalah kunci dalam mengatasi susut dan sisa pangan,” ujar Indah Budiani Direktur Eksekutif IBCSD, dikutip dari keterangannya, Selasa, 9 September 2025
“Perayaan ulang tahun ini sekaligus menjadi momentum memperkuat komitmen bersama dan menggaungkan isu ini lebih luas ke masyarakat,” tambahnya.
Baca juga:
Mendagri Apresiasi Harga Beras Turun di Banyak Daerah
Workshop Gotong Royong Atasi Susut dan Sisa Pangan (UNDERSTANDING) 2030
Sementara ituAngelique Dewi, Chairwoman Understanding 2030 & Head of Sustainability Nutrifood, menambahkan pentingnya dukungan kebijakan yang berpihak pada dunia usaha agar upaya pengurangan SSP dapat berjalan efektif.
“Miliknya Dari kebijakan ke piring mengingatkan kita bahwa apa yang diputuskan di level kebijakan akan memengaruhi seluruh rantai pangan hingga ke piring. Karena itu, dukungan kebijakan menjadi kunci agar langkah-langkah yang sudah dilakukan sektor bisnis dalam mengurangi susut dan sisa pangan bisa lebih terarah dan berkelanjutan,” sebut Angelique
Pada kesempatan ini, ini juga merupakan perayaan Peringatan tahunan GRASP 2030 yang keempat sebagai bentuk penguatan komitmen para penandatanganan understanding 2030 untuk terus berbagi praktik baik dan menghadirkan inovasi di sektor pangan.
Sejak diluncurkan pada 2021, UNDERSTANDING 2030 telah berkembang pesat dari 9 menjadi 39 penandatangan, yang terdiri dari sektor bisnis dan berbagai organisasi di sepanjang rantai pasok pangan. Pertumbuhan ini menunjukkan semakin kuatnya kolaborasi multipihak dalam penanganan susut dan sisa pangan (SSP) di Indonesia, sekaligus membuka peluang bagi lebih banyak bisnis dan organisasi untuk bergabung dan memperluas dampak bersama.
Dia menegaskan kegiatan tersebut menghasilkan bahan masukan yang komprehensif untuk kebijakan nasional yang mendukung upaya pengurangan susut dan sisa pangan. Serta membuka peluang sinergi lebih luas antara pemerintah, sektor bisnis, akademisi, NGO, dan masyarakat sipil.
“GRASP 2030 menegaskan komitmennya untuk terus menjadi platform kolaborasi yang menjembatani kebijakan dengan praktik bisnis, demi terwujudnya sistem pangan Indonesia yang lebih berkelanjutan,” tutupnya.
Halaman Selanjutnya
“Tema From Plan to Layer mengingatkan kita bahwa apa yang diputuskan di level kebijakan akan memengaruhi seluruh rantai pangan hingga ke piring. Karena itu, dukungan kebijakan menjadi kunci agar langkah-langkah yang sudah dilakukan sektor bisnis dalam mengurangi susut dan sisa pangan bisa lebih terarah dan berkelanjutan,” sebut Angelique