Kamis, 7 Agustus 2025 – 15: 17 WIB

Jakarta, Viva — Menteri Perdagangan, Budi Santoso alias Busan mengatakan, fenomena rombongan jarang beli dan rombongan hanya nanya-nanya (Rojali-Rohana), yang disebut-sebut marak terjadi di mal dan pusat perbelanjaan, merupakan bagian dari perilaku konsumen.

Baca juga:

3 Strategi untuk Jadi Juara di Pasar Online

Menurutnya, hal itu merupakan perilaku yang sah-sah saja dan wajar terjadi di mal atau pusat-pusat perbelanjaan tersebut.

“Orang sekarang juga banyak yang katanya fenomena hanya melihat-lihat ya. Jadi kadang-kadang mereka hanya melihat barang (tanpa membeli) kan, itu boleh saja,” kata Budi di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis, 7 Agustus 2025

Baca juga:

BRI Fasilitasi Pedagang Pasar Tradisional dengan Teknologi

“Tapi apakah dia membeli lewat online atau offline, ya silakan. Itu perilaku konsumen,” ujarnya.

Baca juga:

Wabah Corona Mengubah Perilaku Konsumen, Produsen Gadget Banting Harga

Budi menjelaskan, saat ini tengah terjadi peralihan ekosistem jual-beli yang juga turut merambah ke ranah online, meskipun secara offline praktik tersebut juga tidak sepenuhnya ditinggalkan. Kemendag diakui Busan melihat konsep ini sebagai ‘hybrid omnichannel’, dimana terjadi penggabungan antara penjualan offline dan online.

“Fenomena ini akhirnya kita tangkap dengan (istilah) hybrid omnichannel. Jadi kalau ada toko offline, dia juga bisa menjual secara online. Ya karena ada (tipe) konsumen melihat dulu, baru beli secara online,” kata Mendag.

“Dan itu kebebasan konsumen untuk memilih barang. Masalah belanjanya di mana (offline atau online), ya silahkan,” ujarnya.

Pedagang sembako di pasar tradisional Kabupaten Batang, Jawa Tengah masih jual minyak goreng dengan harga lama.

Dia bahkan mencontohkan, konsep real-time buying yang marak dilakukan melalui sejumlah system media sosial hingga market saat ini, merupakan salah satu inovasi pola pemasaran terkini yang berkembang seiring pemanfaatan aspek digitalisasi.

Melalui cara tersebut, kemudian terciptalah sinkronisasi antara pasar offline dan online. Hal itu memudahkan penjual memperlihatkan barang dagangannya dengan lebih jelas, dan pembeli juga mendapat gambaran yang lebih utuh dan detil soal barang yang ditawarkan.

“Kalau hanya melihat gambar, mungkin kurang yakin ya. Tapi kalau ada live seperti itu akhirnya konsumen lebih tahu, oh gambarannya produknya itu seperti ini. Jadi saya pikir itu hal-hal yang bisa kita lakukan, sehingga transformasi antara pasar offline dan online bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya

“Dan itu kebebasan konsumen untuk memilih barang. Masalah belanjanya di mana (offline atau online), ya silahkan,” ujarnya.

Tautan sumber