Serangan mematikan terjadi ketika kantor media pemerintah Gaza mengatakan Israel telah melanggar gencatan senjata sebanyak 875 kali sejak gencatan senjata dimulai pada bulan Oktober.

Pasukan Israel telah membunuh sedikitnya dua warga Palestina di Jalur Gaza karena Israel terus melanggar perjanjian gencatan senjata dan memblokir bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke daerah kantong pantai yang dilanda perang tersebut.

Kantor berita Palestina Wafa melaporkan pada hari Senin bahwa dua orang tewas setelah pasukan Israel melepaskan tembakan di lingkungan Shujayea di timur Kota Gaza.

Cerita yang Direkomendasikan

daftar 3 thing akhir daftar

Kematian mereka menjadikan jumlah complete warga Palestina yang dilaporkan tewas di Gaza selama 24 jam terakhir menjadi sedikitnya 12 orang, termasuk delapan orang yang jasadnya ditemukan dari reruntuhan di wilayah tersebut.

Serangan di Kota Gaza adalah yang terbaru dari ratusan pelanggaran Israel terhadap gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang ditengahi Amerika Serikat, yang mulai berlaku pada 10 Oktober.

Kantor Media Pemerintah Gaza pada hari Senin mengecam “pelanggaran serius dan sistematis” Israel terhadap gencatan senjata, dan mencatat bahwa pihak berwenang Israel telah melanggar gencatan senjata sebanyak 875 kali sejak gencatan senjata mulai berlaku.

Hal ini termasuk serangan udara dan artileri Israel yang terus berlanjut, penghancuran rumah-rumah warga Palestina dan infrastruktur sipil lainnya secara tidak sah, dan setidaknya 265 insiden tentara Israel menembaki warga sipil Palestina, kata kantor tersebut dalam sebuah pernyataan.

Setidaknya 411 warga Palestina telah tewas dan 1 112 lainnya terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak gencatan senjata dimulai, tambahnya.

Memburuknya kondisi tempat penampungan

Sementara itu, ratusan ribu keluarga Palestina yang mengungsi akibat perang genosida Israel di Gaza terus bergulat dengan kurangnya pasokan kemanusiaan, termasuk makanan, obat-obatan, dan tempat tinggal yang memadai.

Sebagai kekuatan pendudukan di Gaza, Israel mempunyai kewajiban berdasarkan hukum internasional untuk menyediakan kebutuhan warga Palestina di sana.

Namun PBB dan kelompok kemanusiaan lainnya mengatakan mereka secara sistematis gagal mengizinkan pengiriman bantuan tanpa hambatan ke Gaza.

Situasi ini diperburuk oleh serangkaian badai musim dingin yang melanda Jalur Gaza dalam beberapa pekan terakhir. Kelompok hak asasi manusia mengatakan penolakan Israel untuk mengizinkan tenda, selimut, dan pasokan lainnya masuk ke Gaza adalah bagian dari kebijakan genosida dan mengancam nyawa warga Palestina.

Pada hari Senin, Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan bahwa hanya 17 819 truk memasuki wilayah tersebut dari 43 800 truk yang seharusnya diizinkan masuk sejak gencatan senjata mulai berlaku pada bulan Oktober.

Jumlah tersebut rata-rata hanya 244 truk per hari– jauh di bawah 600 truk yang diizinkan Israel masuk ke Gaza setiap hari berdasarkan perjanjian gencatan senjata, kata kantor tersebut.

Pada hari Senin, juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres mengulangi seruan “untuk pencabutan semua pembatasan masuknya bantuan ke Gaza, termasuk material tempat berlindung”.

“Selama 24 jam terakhir, dan meskipun ada gencatan senjata, kami terus menerima laporan mengenai serangan udara, penembakan dan tembakan di lima provinsi di Gaza. Hal ini mengakibatkan laporan adanya korban jiwa dan gangguan terhadap operasi kemanusiaan,” kata Stephane Dujarric.

Ia mengatakan bahwa mitra-mitra kemanusiaan PBB sedang berupaya untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal yang signifikan, khususnya bagi keluarga pengungsi yang hidup dalam kondisi tidak aman.

“Mitra kami terus berupaya meningkatkan akses terhadap tempat penampungan yang bermartabat bagi sekitar 1, 3 juta orang di Gaza dalam seminggu terakhir, sekitar 3 500 keluarga yang terkena dampak badai tinggal di daerah rawan banjir,” ujarnya.

Dujarric mengatakan pengiriman bantuan sudah termasuk tenda, set tempat tidur, kasur dan selimut, serta pakaian musim dingin untuk anak-anak, namun kebutuhannya masih sangat banyak.

Warga Palestina berjuang mengatasi banjir setelah hujan lebat melanda kamp pengungsi Bureij di Kota Gaza (Documents: Moiz Salhi/Anadolu)

Permohonan tersebut muncul sehari setelah Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan bahwa kurangnya obat-obatan dan pasokan layanan kesehatan lainnya membuat sulitnya memberikan perawatan kepada pasien.

Hampir semua rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Gaza diserang selama dua tahun pemboman Israel di wilayah tersebut, merusak sedikitnya 125 fasilitas, termasuk 34 rumah sakit.

Tentara Israel telah membunuh sedikitnya 70 937 warga Palestina di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 171 192 lainnya sejak perang genosida dimulai pada Oktober 2023

Tautan Sumber